Wednesday, May 4, 2016

Pada momen peringatan Isra Miraj ini, marilah kita telaah filosofi simbol-simbol peristiwa isra miraj, diantaranya :

1 . Terjadi pada Malam 27 bulan Rajab
                                                               
Malam ke-27 menurut perhitungan kalender rembulan adalah malam yang paling gelap. Malam itu juga menunjukan kondisi masyarakat jahiliyah yang dalam kegelapan. Karakter dan adat kebiasaan yang buruk, kemaksiatan merajalela, ajaran agama Ibrahim semakin diselewengkan. Peristiwa Isra Miraj akan membawa berita langit tentang cahaya kebenaran yang membawa penerangan. Pada malam hari juga menandakan tradisi manusia pulang kembali kepada ‘diri’ sendiri setelah siang hari bergelut dengan tugas budaya menjamah semesta. Malam hari adalah waktu merenung, waktu manusia lebih mengenal dirinya. “man ‘arafa nafsahu ‘arafa rabbahu’ siapa yang mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya. Isra Miraj merupakan informasi tentang diri. Informasi tentang cara membawa diri sebagai manusia agar peran khalifah di muka bumi semakin berkualitas.

2.   Perjalanan dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis

Masjidil Haram atau baitul haram adalah bagaikan sebuah “rumah hukum” atau “rumah akal”. Dari “rumah akal” inilah beliau berangkat menuju ke “rumah suci” (baitul maqdis). Dengan Akal manusia berangkat menjamah semesta struktural untuk bisa mengenal Tuhan. Tetapi ketika hendak menjamah Tuhan, akal tidak mampu menjamahnya. Akal bukanlah instrument yang bisa digunakan untuk berdialog dengan Tuhan. Sebelum diberi akal, manusia terlebih dahulu diberi “hati nurani” (rumah suci). Maka ketika ingin berdialog dengan Tuhannya, manusia harus kembali ke rumah awalnya yaitu “hati nurani”. Hati nurani tempat manusia berteduh menerima ilham-ilham (wahyu) dari Allah. “bumi dan langit, matahari dan bulan tidak sanggup menggapaiKu, tetapi hati hambaKu yang beriman yang sanggup menjangkauKu.”(hadits qudsi). Perjalanan ke rumah suci, perjalanan kembali kepada nurani ini adalah perjalanan yang diberkahi (Q.S.Al-Isra:1).

3.   Perjalanan Miraj ke Sidratul Muntaha

Miraj merupakan pengembangan jenjang spiritual yang dialami Rasulullah sebagai makhluk Tuhan. Ada tujuh jenjang spiritual pada makhluk-makhluk Tuhan, maka ada tujuh langit tempat singgah Rasulullah saw. Pada langit pertama beliau digambarkan berjumpa dengan Nabi adam a.s (Nabi yang dijadikan Tuhan dari tanah atau benda mati). Kemudian berjumpa dengan Nabi Isa a.s. dan Yahya a.s. pada langit ke-dua (langit kehidupan). Berjumpa pada Nabi Yusuf a.s. pada langit ke-tiga (langit nafs). Nabi Idris a.s. pada langit ke-empat (langit akal). Berjumpa pada Nabi Harun a.s. di langit ke lima (langit iman). Terus berjumpa dengan Nabi Musa a.s. pada langit ke-enam (langit Nubuwah). Dan terakhir berjumpa dengan Nabi Ibrahim a.s. di langit ke-tujuh (langit risalah). Dan terus menuju puncak ‘sidratul muntaha’.

Setelah sampai di Sidratul Muntaha, Jibril yang sejak awal menemani Rasul tidak sanggup lagi menemani rasul ke Sidratul Muntaha. Rasulullah sendiri yang menghadap Allah tanpa ditemani Jibril. Ini menunjukan bahwa manusiaa lebih tinggi derajatnya daripada malaikat. Momen perjumpaan Rasul dengan Allah adalah momen melihat kebenaran. Pada momen inilah lahirnya perintah Sholat untuk umat Nabi Muhammad. Yang kemudian digambarkan pada sholat adalah seperti Miraj orang beriman. Intinya bahwa formulasi gerakan dan bacaan sholat syarat makna simbolik perjalanan spiritual seorang hamba, yang tentunya secara khusus akan di ketengahkan pada tempat dan kesempatan yang berbeda.

(Intisari dari Pemikiran Muhammad Zuhri, tokoh Sufi dari Sekarjalak, Pati Jawa Tengah)
 








0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube