Thursday, January 16, 2020

Isi Khutbah Samudra Keagungan Maulid Nabi SAW. Menggigil tubuh Waraqah, bergetar-serak suaranya ketika baru saja Khadijah, sepupunya menceritakan apa yang baru saja dialami suaminya, Muhammad di Gua Hira. Lelaki tua renta yang saat itu berusia 90 tahun adalah satu dari sebagian kecil yang masih memegang teguh ajaran agama Ibrahim yang hanif. Dia adalah seorang Kristen yang telah lama menyelami kitab-kitab suci terdahulu, injil maupun taurat dan meyakini akan datangnya seorang Mesiah, Nabi yang dijanjikan sebagaimana diwartakan dalam kitab-kitab suci tersebut. Dan apa yang baru saja diceritakan Khadijah kepadanya menjadi konfirmasi terhadap keyakinan dan harapan yang selama puluhan tahun ia nantikan.

Dalam salah satu perjumpaannya dengan Muhammad di salah satu sudut Ka’bah, Waraqah dengan penuh emosional; penuh kerinduan dan keharuan, membisikan kepada Muhammad: ”Qudus-Qudus, demi Tuhan yang menguasai jiwaku, yang mendatangimu adalah Namus terbesar yang dulu pernah mendatangi Musa”. “Muhammad, engkau adalah Nabi bagi kaummu, yakinkanlah dirimu”. Engkau akan didustakan orang dan akan diperlakukan buruk, mereka akan mengusirmu bahkan berperang melawanmu”.”Seandainya aku masih hidup pada saat itu, Allah tahu, pasti akan membela kebenaran agama-Nya”. Waraqah kemudian memeluk Muhammad dengan erat dan mencium ubun-ubunnya dengan penuh ketakziman yang tiada banding. Sebuah adegan kebahagiaan dan kaharuan yang tak terperi bagi seorang Waraqah setelah sekian tahun bergelut dengan keyakinan bagai mitos dan dongeng akan datangnya seorang juru selamat yang dijanjikan. Saat ini, bagai mendekap surga, seorang yang dijanjikan itu berada erat dalam pelukannya.   

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia

Itulah sekelumit kisah yang merupakan awal dari perjuangan dakwah seorang Rasul teragung, nabi pilihan akhir zaman, seorang Nabi yang dijanjikan yang kelahirannya sudah diramalkan dalam kitab-kitab kuno oleh semua agama di dunia.

Dan Muhammad, begitu menampakan wajahnya di bumi, serta merta mengundang keajaiban-keajaiban alam. Seketika cahaya terang menyelimuti kota Mekkah malam itu seakan mengisyaratkan telah munculnya purnama kehidupan untuk semesta alam, Istana Persia yang menjadi simbol kekuatan adidaya saat itu nyaris runtuh. Api abadi yang menjadi sembahan orang-orang majusi yang tak pernah mati, malam itu seketika padam. Seluruh pendeta di setiap pelosok pada malam itu membuat satu khotbah penting bahwa akan datangnya seorang Mesiah, Nabi yang dijanjikan.
Suatu hari, Abdul Muthalib bermimpi. Dari punggungnya tumbuh sebatang pohon, cabang atasnya menyentuh langit. Cabang sampingnya membentang dari Timur sampai ke Barat. Lalu, dari pohon itu muncul cahaya yang lebih terang dari matahari. Abdul Muthalib bertanya pada juru tafsir mimpi. Para juru tafsir mimpi mengatakan bahwa seseorang akan dilahirkan dalam keluarganya yang akan menerangi Timur dan Barat, akan menjadi nabi bangsa Arab maupun bangsa Persia (Sayyed Husein Nasr).

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia

Saat ini kita tengah meniti kembali jalan hidupnya, menelusuri lorong-lorong kepribadiannya yang mengagumkan, serta menghayati samudera kebijakannya yang luas terbentang. Tentunya, bukan hari ini atau bulan ini saja kita berkhidmat terhadap teladan dan akhlknya, akan tetapi semestinya Muhammad senantiasa menginspirasi dan menjadi ruh dari setiap perjalanan langkah hidup kita.
Para cendikiawan, penulis, ataupun pujangga telah banyak menorehkan sirah, sejarah atau biografi sang Nabi dengan amat mengesankan. Bukan hanya dari kalangan muslim, bahkan banyak dari non muslim yang sungguh dalam dan luar biasa memberikan penghargaan kepada sang pemilik pribadi mulia ini. Berikut akan kita baca bagaimana kalangan non muslim mengomentari akhlak beliau:
“Dia hidup dalam kerendahan hati yang sungguh-sungguh, yang melaksanakan kewajiban-kewajiban yang paling kasar sekalipun dengan kedua tangannya; dia menyalakan api, menyapu lantai, menyusui biri-biri, menambal pakaiannya sendiri dan memperbaiki sepatunya. Dia bekerja keras untuk memperbaiki nasib budak, yang membebaskan siapa saja yang dipersembahkan untuknya.” (Betram Thomas)

Hal ini juga sebagaimana diakui oleh Aisyah. Ia pernah ditanya apa yang dilakukan Rasulullah Saw di rumah. Aisyah r.a menjawab, “Beliau menjahit pakaiannya sendiri, memperbaiki sandalnya dan mengerjakan segala apa yang (layaknya) para suami lakukan di dalam rumah.” (HR. Ahmad)

“Dia yang berdiri sendirian, menghadapi selama bertahun-tahun kebencian kaumnya adalah pribadi yang sama yang tidak pernah menarik tangannya dari pegangan tangan orang lain; kekasih anak-anak, yang tidak penah melewati sekelompok anak kecil tanpa pernah tersenyum dari kedua matanya yang mengagumkan dan satu kata ramah untuk mereka, yang menyuarakan semua kebaikan dalam nada yang manis”. (Stanley Lane Poole).

Muhammad adalah yang luas kasih dan maafnya kepada manusia, tidak sedikitpun rasa dendam dalam hatinya meskipun terhadap orang yang meludahinya. Dia Muhammad yang membawa ajaran firmanNya :
وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ اْلأُمُورِ
“Barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu perbuatan yang mulia.” (As-Syuro:43)

Abdurrahmah A-Diba’i mengungkapkan dalam Maulid Ad-Dibai terkait akhlaq Nabi yang pengasih ini.
اِنْ اُوْذِيَ يَعْفُ وَلَا يُعَاقِبُ. وَاِنْ خُوْصِمَ يَصْمُتْ وَلَا يُجَاوِبُ
Ketika disakiti, ia mengampuni dan tidak membalas. Ketika Ia dimusuhi, dia diam tidak menjawab.

“Rasa kemanusiaannya merengkuhkan diri sampai ke makhluk-makhluk yang lebih rendah. Dia melarang pemakaian burung-burung yang hidup sebagai sasaran untuk para pemanah dan memprotes mereka yang memperlakukan onta mereka dengan buruk. Tindakan-tindakan jahat yang bodoh berkaitan dengan takhayul dibuangnya. Tak ada lagi onta orang yang sudah mati diikatkan pada kuburannya untuk menghapus rasa lapar dan dahaga. Tak ada lagi mata jahat didamaikan dengan pemberian darah domba. Tak ada lagi hujan dipanggil dengan mengikatkan obor yang membara ke ekor-ekor sapi..” (D.S. Margo Liouth)

Bahkan bukan hanya dari golongan manusia, jin dan malaikat saja yang hormat kepada sosok yang yang agung ini, makhluk-makhluk Allah yang lebih rendahpun seperti hewan dan tumbuhan merasakan ke-takzim-an dan memberi salam hormat kepadanya. Sebagaimana juga digambarkan Abdurrahmah A-Diba’i:
اٰمَنَ بِهِ الضَّبُّ وَسَلَّمَتِ الْاَشْجَارُ وَخَاطَبَتْهُ الْاَحْجَارُ وَحَنَّ اِلَيْهِ الْجِذْعُ حَنِيْنَ حَزِيْنٍ نَادِبٍ
Binatang biawak beriman kepadanya, pohon-pohon kayu memberikan salam, batu-batu mengatakan sesuatu kepadanya dan batang kurma meratapi kepadanya seperti ratapan seorang yang sedih merintih-rintih karena sangat cintanya kepada Nabi Saw.

Demikianlah gambaran Muhammad dengan kepribadiannya yang teramat luhur, bagaimana al-qur’an saja melukiskan demikian : انك  على خلق عظيم  sesungguhnya engkau berada pada akhlak yang agung.

Dialah seorang Nabi yang begitu memikirkan penderitaan dan keselamatan umatnya, sebagaimana digambarkan cukup indah dalam al-qur’an :
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min. (QS. 9:128)

Jamaah sholat  Jum’at  yang  berbahagia

Dialah Nabi yang perkataannya selalu sesuai dengan perbuatannya. Dia mengajarkan kesederhanaan maka akan kita temukan bahwa dia adalah seorang raja yang paling sederhana sepanjang sejarah dunia. Tidaklah padanya istana yang megah bertahtakan emas permata, namun hanya bilik kecil di bagian depan masjid yang ia biarkan terbuka untuk umat.

Nabi ikut serta sepenuhnya dalam kehidupan sosial. Nabi adalah seorang suami, ayah, kepala negara, hakim dan panglima perang. Nabi mengalami berbagai bahaya yang umum dialami dalam kehidupan manusia, terutama karena perannya sebagai pendiri negara dan masyarakat baru. Tetapi dalam semua kegiatan ini, hatinya beristirahat dalam ketentraman dan kepuasan akan Yang Agung dan secara batin Nabi terus-menerus mencari kedamaian abadi. ” (sayyid Husein Nasr).

Sebagaimana juga diungkapkan oleh Abdurrahmah A-Diba’i :

قَلْبُهُ لَا يَغْفُلُ وَلَا يَنَامُ وَلٰكِنْ لِلْخِدْمَةِ عَلٰى الدَّوَامِ مُرَاقِبُ
Hatinya tidak pernah lupa dan tidak tidur tetapi selalu berkhidmat dan ingat pada Allah. SWT.

Dia adalah Nabi yang sering kali berpuasa karena tidak terdapat makanan di rumahnya. Kesederhanaannya bagi seorang raja amat mencengangkan dunia. Dan inilah yang menjadi prinsip dasar ajaran agama yang di bawanya, bahwa harta bukanlah menjadi ukuran kehormatan hidup di dunia akan tetapi kekayaan jiwa.

Jamaah sholat Jumat yang berbahagia

Tak akan habis kita tuangkan dalam kata-kata tentang keterpesonaan kita terhadap pribadi yang agung ini. Namun hanya sholawat dan salam yang terus tanpa henti kita lirihkan dalam setiap waktu dan kesempatan akan bukti cinta kita kepada beliau dan khidmat kita akan keteladanannya.

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube