Tuesday, December 4, 2012

Meniti Gelar Abdullah

Posted by KHUTBAH | 7:38 PM Categories:

Isi Khutbah
Apapun gelar atau sebutan khusus yang kita sematkan dan kita sandang pada diri kita sebenarnya hanya ingin menegaskan bahwa kita ‘berbeda’ dengan yang lainnya. Ada semacam ego kelompok atau individu yang membuat kita merasa istimewa atau special dihadapan yang lainnya. Secara tidak sadar kita batasi diri kita-dan kita merasa bangga dengan itu semua- dalam sekat-sekat ras, suku, budaya, pangkat, disiplin dan berbagai keahlian kita masing-masing.
Ada sebutan gelar yang terbaik yang harus dimiliki setiap orang, yang sejatinya menjadi gelar yang sesungguhnya harus dicapai oleh semua orang, sebutan gelar yang menegasikan semua gelar yang kita miliki dan kita sandang di dunia selama ini, yaitu gelar yang menjadikan kita sama dihadapan Allah Sang Pencipta, ia adalah Abdullah-hamba Allah. Abdullah adalah gelar tertinggi manusia dihadapan Allah, ‘gelar’ yang menjadikan kita bernasab dengan Allah, meniscayakan totalitas pengabdian manusia terhadap Tuhannya.

Coba perhatikan sapaan atau sebutan manis Allah terhadap manusia-manusia pilihanNya dengan sebutan ‘hamba’. Terhadap Nabi Muhammad saw sendiri, Allah menyebut Muhammad sebagai hambaNya dalam peristiwa Isra dan Mi’raj, Q.S al-Isra ayat 1:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً  ………
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam….

Terhadap Nabi Isa a.s. saat Allah memberikan keajaibannya berbicara pada saat baru dilahirkannya, sang bayi Isa mengaku dihadapan para pemuka bani Israil bahwa dirinya adalah Abdullah-hamba Allah, Q.S.Maryam :30:

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ ءَاتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia manjadikan aku seorang nabi.

Terhadap Nabi Yusuf a.s, Allah memujinya sebagai hamba yang terpilih saat Yusuf lolos dari jebakan istri pembesar mesir untuk mengajak berbuat maksiat, Q.S.Yusuf:24

………   إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba -hamba kami yang terpilih

Dan terhadap tokoh misterius ‘Hidir’ yang menemani perjalanan Musa a.s., Allah menyebutnya sebagai hamba yang telah memperoleh rahmat dan ilmu dari sisiNya. Q.S. al-Kahfi:65

فَوَجَدَ عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ ءَاتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْمًا
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami

Demikianlah Allah juga akan memanggil dengan mesra para jiwa-jiwa yang tenang untuk kembali ke sisiNya dengan mendapatkan keridhoanNya, masuk ke dalam golongan hamba-hambaNya dalam kenikmatan surgaNya. Q.S. Al-Fajr:27-30

يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ  ارْجِعِي إِلىَ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَةً  فَادْخُلِي فيِ عِبَادِي  وَادْخُلِي جَنَّتِي
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.

Jamaah sholat Jum’’at yang dirahmati Allah.

Sudah barang tentu kita semua ingin disebut sebagai hamba Allah. Masalahnya sekarang bagaimana kadar atau kualitas kehambaan kita dihadapan Allah, tentunya setiap manusia mempunyai kualitas kehambaan yang berbeda-beda dan setiap saatnya kita berupaya untuk terus meningkatkannya. Salah satunya apa yang tertuang dalam Q.S. Al-Furqon ayat 63-77 adalah sebagai pedoman atau standar bagaimana kita menjadi hamba Allah yang sejati. Di dalam Q.S. Al-Furqon tersebut dinyatakan sebagai ‘ibadurrahman’ hamba-hamba Allah yang akan mendapatkan kasih sayang Allah, di antaranya adalah:

وَعِبَادُ الرَّحْمَانِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى اْلأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَاخَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلاَمًا
1.         Orang yang berjalan di muka bumi ini dengan rendah hati (tawadhu), tidak sombong, tidak merasa besar, memiliki lebih dari orang lain kemudian meremehkan orang lain, sebagaimana kecaman Rasulullah terhadap orang sombong sebagaimana dalam haditsnya:

Dari Abdullah bin Mas'ud dari Nabi Saw. bersabda: "Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya ada sedikit kesombongan." Ada sahabat yang bertanya:"Seseorang pasti ingin baju dan sandalnya bagus", Nabi menjawab,"Allah itu Maha Indah dan suka keindahan, (yang dimaksud) sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang." (HR.Muslim)

2. selalu mengucapkan ucapan-ucapan yang baik (al-kalamuth thayyib).
Maksudnya adalah, bahwa orang tersebut senantiasa mengucapkan kalimat-kalimat yang baik, walaupun orang lain selalu mengejeknya dengan kalimat-kalimat yang tidak mengenakkan. Artinya, bahwa ‘ibaadurrahman adalah orang-orang yang senantiasa mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik, senantiasa bersikap dengan sikap yang baik, senantiasa menimbulkan kebajikan-kebajiikan walaupun di tengah orang-orang yang tidak mau berbuat kebajikan kepadanya.

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

2.       Orang yang senantiasa terjaga atau bangun malam untuk bersujud dan berdiri mengingat Allah

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا  إِنَّهَا سَآءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا
3. Orang yang senantiasa takut akan siksa Allah
(65) Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal“.
(66) Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
Orang yang takut akan siksa Allah akan tercermin dalam sikap, perkataan dan perbuatannya yang selalu terpelihara dari hal-hal yang buruk dan menyesatkan.

 وَالَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
5. Orang yang sederhana dalam berinfaq

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian

وَالَّذِينَ لاَيَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ
Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah

6. Tidak berlaku Syirik
Para ulama ada yang membagi syirik menjadi 2 bentuk, ada yag dinamakan syirik akbar (syirik besar). Syirik akbar adalah syirik yang berupa menyekutukan Allah SWT dengan sembahan atau penyembahan yang selain dari Allah. Kemudian ada juga yang dinamakan syirik asghar (syirik kecil). Menurut para ulama, syirik asghar salah satunya adalah riya’. Mengapa? Karena ketika beribadah, yang ia harapkan bukanlah keridhaan Allah, tetapi karena sesuatu yang selain dari Allah. Ibadah yang dilakukannya bukanlah diniatkan untuk Allah, tetapi karena yang selain Allah. Kalau ada seseorang yang melakukan shalat bukan karena Allah, tetapi karena yang lain, maka inilah yang disebut sebagai syirik asghar.
Berkaitan dengan ini, ada juga perilaku manusia yang dikecam Allah karena menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan, artinya orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya, sebagaimana dalam firmanNya:

أَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلاَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً . أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلاَّ كَاْلأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلاً
Terangkanlah tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya.Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu). (QS. 25:43-44)

Seorang ‘ibadurahman’ tidak aka melkukan penyembahan selain Allah, dan tidak akan  menyembah Allah selain karenaNya.

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الّذِىْ اَكْرَمَ مَنِ اتَّقَى بِمَحَبَّتِهِ, وَاَوْعَدَ مَنْ خَالَفَهُ بِغَضَبِهِ وَعَذَابِهِ, اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَنَّ سَيْدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَرْسَلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ وَخَيْرِ خَلْقِهِ, وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِى سَبِيْلِهِ. اما بعد : فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. 

 Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى اَمَرَنَا بِالاتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ ِالهَ ِالاَّ للهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ اِيَّاهُ نَعْبُدُ وَاِيَّاهُ نَسْتَعِيْنَ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ. اَلّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ علَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَالله اِتَّقُ اللهَ تَعَالَى رَبَّ الْعَالمَِيْنَ. وَسَارِعُوْ اِلى مَغْفِرَةِ اللهِ الْكَرِيْمِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَلَى بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ فَقَالَى فِى كِتَابِهِ الْعَزِيْز. اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتِهِ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَلّلهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلاْحْيَاءِ مِنْهُمُ اْلاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُّجِيْبُ الدَّعْوَاتِ رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَهً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَالله, اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَلاْحْسَانَ  وَاِيْتَائِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرْ وَالْبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهَ اَكْبَرَ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا يَصْنَعُوْنَ اَقِيْمُوا الصَّلوةَ.

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube