Thursday, April 7, 2011

Momentum Hijrah ; Merubah Diri, Merubah Situasi

Posted by KHUTBAH | 8:44 AM Categories:

اَلْحَمْدُ للهِ الّذِىْ اَكْرَمَ مَنِ اتَّقَى بِمَحَبَّتِهِ, وَاَوْعَدَ مَنْ خَالَفَهُ بِغَضَبِهِ وَعَذَابِهِ, اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَنَّ سَيْدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَرْسَلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ وَخَيْرِ خَلْقِهِ, وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِى سَبِيْلِهِ. اما بعد : فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia

Willingness to Change
(Sebuah catatan yang terukir di  pemakaman Westminster Abbey, Inggris , Tahun 1100 M)

Ketika Aku Masih Muda  dan Bebas Berkhayal , Aku Bermimpi Ingin Mengubah Dunia
Seiring dengan Bertambahnya Usia dan Kearifanku , Kudapati Bahwa Dunia Tak Kunjung Berubah
Maka Cita-cita Itupun Kupersempit . Lalu Kuputuskan untuk… Hanya Mengubah Negeriku  
Namun Tampaknya . Hasrat itupun Tiada Hasil . Ketika Usia Semakin Senja, Dengan Semangatku yang Masih Tersisa
Kuputuskan untuk Mengubah Keluargaku, Orang-orang yang paling dekat denganku
Tetapi Celakanya. Merekapun tidak Mau Berubah
 Dan Kini…Sementara Aku Terbaring Saat Ajal Menjelang… Tiba-tiba kusadari:
Andaikan yang Pertama kuubah adalah diriku,
Maka dengan Menjadikan Diriku Teladan, Mungkin Aku Bisa Mengubah Keluargaku  
Lalu Berkat Inspirasi dan dorongan mereka, Bisa Jadi akupun Mampu Memperbaiki Negeriku
Kemudian Siapa tahu, Perubahan Negeriku akan membuat dunia ini berubah


Terlepas dari siapa sumber pencatatnya, jelas catatan tersebut sangat inspiratif untuk kita jadikan pedoman dalam menatap perubahan hidup. Bahwa perubahan yang besar harus dimulai dari perubahan yang kecil. Mengandaikan perubahan sosial yang luas harus diawali dengan perubahan tiap-tiap individu. Individu dikatakan berubah apabila dari hari-ke hari semakin terpancar integritasnya, semakin terlihat karakternya, dengan bahasa lainnya semakin berilmu, semakin bagus akhlaqnya ; ikhlas, tawadhu, dan sebagainya.
Senada dari inspirasi catatan di atas, Allah SWT berfirman :
                .......انَّ اللهَ لاَيُغَيِّرُ مَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَابِأَنفُسِهِمْ …………
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ……. (QS.Ar-Ra’du : 11)

Dari ayat ini Allah ingin menegaskan bahwa kunci keberhasilan dalam menata lingkungan ditentukan oleh sejauh mana  ia menata dirinya sendiri dihadapan Allah SWT. Jangan bermimpi kita akan merubah lingkungan kita atau bahkan dunia selagi diri kita masih penuh dengan masalah. Masalah-masalah  yang kerap terjadi pada diri kita adalah inkonsistensi (tidak istiqomah) terhadap kebaikan, stagnan dalam langkah atau tindakan, disertai dengan penyakit-penyakit hati seperti ujub, sombong, dengki apalagi sampai mengarah pada dekandensi-dekadensi moral lainnya (mental korup, tabiat pendusta, curang,asusila dan lain sebagainya).
Maka janganlah kita berbicara atau mengajak kepada kebaikan sementara diri kita masih diliputi oleh masalah-masalah tersebut di atas karena  tidak akan memberikan efektifitasnya sama sekali. Jangan pula kita mencoba untuk andil dalam menggarap umat sementara diri kita masih belum tergarap sama sekali. Sungguh Allah SWT dalam hal ini mengecam dan mengancam:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَالاَتَفْعَلُونَ {2} كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللهِ أَن تَقُولُوا مَالاَتَفْعَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat (QS. 61:2)
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. 61:3

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia
  
Maka ibadah haji yang baru saja ditunaikan oleh kaum muslimin seluruh dunia merupakan simbol dari usainya penggarapan diri secara purna. Setelah itu akan terbit 1 Muharam dengan latar belakang sejarah Hijrah Nabi SAW beserta para sahabatnya yang begitu sarat makna revolusi sosial. Itu artinya setelah penggarapan diri disempurnakan melalui haji, maka bersiaplah untuk transformasi sosial, perubahan semesta.

Diantara ritual haji yaitu tawaf dan sa’I yang menurut tesis K.H.Muhammad Zuhri, ulama dari Pati, Jawa Tengah, kalau digabungkan akan membentuk garis spiral (bukan melingkar atau hanya lurus ke depan), melingkar tetapi tidak kembali kepada titik yang sama, akan tetapi membentuk pola melingkar yang semakin membesar atau memanjang (seperti obat nyamuk bakar atau per). Itu artinya aktifitas manusia walapun mengulang akan tetapi selalu mempunyai nilai tambah dari hari-ke hari berupa bobot atau kualitas pekerjaannya itu.

Demikian juga medan perjuangan manusia harus dimulai dari medan yang kecil bernama diri, kemudian bertambah mengubah keluarga, setelah itu lingkungan masyarakat dalam skup yang terbatas (semisal RT, RW, desa, dsb) baru kemudian negara dan seterusnya.
Maka momen menyambut tahun baru Islam 1432 H, sejatinya kita jadikan sebagai momentum untuk bermuhasabah (introspeksi) dalam menatap perubahan diri dan semesta. Perubahan secara fisik bagi makhluk jasmani merupakan sunatullah, proses alamiah seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, dan perubahan itu justru mengarah kepada kehancuran/kepunahan. Akan tetapi pengayaan batin, psikis, mental atau rohani hanya dimiliki oleh makhluk berakal semacam manusia. Perubahannya tidak akan mengarah kepada kehancuran, akan tetapi akan terus membesar, membumbung tinggi naik ke atas tanpa batas yang akhirnya sampai kehadirat rabbani.

Dan sunggguh beruntung orang yang megiringi perjalanan umurnya dengan kualitas amalnya :
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخِيَارِكُمْ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَارًا وَأَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا . (الحديث)
Maukah kalian aku beritahu tentang orang yang terbaik di antara kalian?” para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Kata beliau, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling panjang umurnya dan paling baik amalnya.” (Al-Hadits)[6]
Boleh jadi apa yang kita kerjakan sama dengan yang kemarin, akan tetapi dari segi kualitasnya semakin memancarkan ruh ilahi dalam segenap aktifitas yang kita lakukan; semakin murni orientasinaya, bertambah keikhlasannya dan semakin arif dalam menyikapi berbagai persoalan hidupnya. Inilah kualitas manusia sejati yang mampu membawa revolusi dirinya pada tahap yang paling purna. Maka sudah barang tentu, menjadi konsekuensinya ia akan siap mewakili semestanya dalam menggapai perubahan
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya Ibrahim adalah (umat)  yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Rabb), (QS. 16:120)

Ibrahim yang individu dinisbahkan sebagai umat dalam firman Allah tersebut. Hal mana menunjukan bahwa Ibrahim tidak lagi berbicara sebagai makhluk individu melainkan ia berbicara atas nama umatnya yang sama-sama mencapai jalan yang diridhai Allah. Sama halnya ketika Nabi Muhammad Saw ketika menjawab salam Allah : “Assalamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh.” (salam sejahtera untukmu wahai nabi, rahmat dan berkah untukmu) Rasulullah malah mengulangi salam itu :”Assalamu’alaina wa’ala ‘ibadillahisholihiin.” (kesejahteraan bagi kami dan bagi hamba-hambaMu yang sholeh). Nabi Saw tidak menjawab :”assalamu’alaya…… (salam sejahtera untuku) melainkan menisbahkan dirinya dengan “kami”

Begitulah para nabi, telah purna-tuntas dalam penggarapan dirinya dan menjadi agen perubahan bagi umat dan semestanya.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى اَمَرَنَا بِالاتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ ِالهَ ِالاَّ للهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ اِيَّاهُ نَعْبُدُ وَاِيَّاهُ نَسْتَعِيْنَ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ. اَلّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ علَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَالله اِتَّقُ اللهَ تَعَالَى رَبَّ الْعَالمَِيْنَ. وَسَارِعُوْ اِلى مَغْفِرَةِ اللهِ الْكَرِيْمِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَلَى بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ فَقَالَى فِى كِتَابِهِ الْعَزِيْز. اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتِهِ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَلّلهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلاْحْيَاءِ مِنْهُمُ اْلاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُّجِيْبُ الدَّعْوَاتِ رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَهً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَالله, اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَلاِْحْسَانَ وَاِيْتَائِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرْ وَالْبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهَ اَكْبَرَ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا يَصْنَعُوْنَ اَقِيْمُوا الصَّلوةَ.

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube