Friday, April 22, 2011

Merenungkan Berbagai Musibah

Posted by KHUTBAH | 6:41 PM Categories: , , ,


Isi khutbah merenungkan berbagai musibah. Dunia sudah semakin renta, berbagai gejala alam; fenomena bencana yang silih berganti, cuaca semakin ekstrim, perubahan iklim yang semakin tak menentu dapat kita rasakan saat ini. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakseimbangan alam yang sudah akut. Ketidakseimbangan alam tak lain disebabkan  oleh perilaku umat manusia itu sendiri ; ekploitasi alam yang tidak diimbangi oleh antisipasi dan upaya perbaikan, penebangan hutan dan pembalakan hutan yang membabi buta tidak disertai dengan peremajaan hutan kembali, seiring populasi manusia yang semakin padat, tumbuh suburnya berbagai industri yang memproduksi berbagai za-zat karbon yang berbahaya, mengancam lapisan ozon dan menjadikan efek rumah kaca. Betapa nafsu dan keserakahan manusia menundukan alam demi memenuhi segala tuntutan jasmani dan memperkaya diri dengan mengenyampingkan pembagunan moral, mental-spritual manusia yang justru telah diamanatkan Tuhan untuk melanjutkan misi pemeliharaan dan pengaturan alam semesta.

Dan ketika moral dikesampingkan maka akan ada yang salah dalam upaya pemeliharaan alam ini. Dan berbagai bencana mudah saja terjadi ; banjir, longsor, badai, erosi dan polusi, belum lagi dengan ancaman gempa bumi-tsunami, letusan gunung merapi yang baru-baru saja telah menerpa berbagai belahan dunia khususnya Indonesia.
Maka secara ilmiahو al-Qur’an sendiri menegaskan dalam surat ar-Rum ayat 41 bahwa segala kerusakan di muka bumi diakibatkan dari ulah tangan manusia itu sendiri.
 ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. 30:41)

Dan sama sekali Allah tidaklah berbuat dzolim kepada makhluknya

وَمَا اَنَا بِظَلاَّ لِلْعَبِيْد

Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku. (QS. 50:29)


Jamaah sholat jum’at yang berbahagia

Belum lama ini di salah satu harian surat kabar memuat berita tentang adanya fenomena Colony Collaps Disorder (CCD) atau kerusakan terhadap populasi lebah di dunia secara masif ; di Amerika, Eropa, Jepang, dan China. Dan di Indonesia, peneliti lebah dari P2 Biologi LIPI Sih Kahona terkaget-kaget dengan situasi yang terjadi di kebun Raya Bogor. Lebah hutan yang biasanya selalu ramai berdengung pada setiap awal musim kemarau hingga awal musim hujan nyaris sepanjang tahun 2010 tidak lagi terdengar.

Meskipun fenomena ini masih belum jelas benar penyebabnya, namun sejumlah peneliti menduga hal ini disebabkan oleh perubahan iklim, pembalakan hutan, dan peyemprotan peptisida menjadi ancaman yang paling ganas. Lebah kemudian tidak mampu beradaptasi dengan perubahan iklim ini.

LALU APA BAHANYA BAGI LINGKUNGAN??? Tentunya kita mengetahui, lebah disamping menghasilkan madu yang sangat menyehatkan tubuh, lebah sangat vital dalam  proses penyerbukan tumbuhan. Dan ketika populasi lebah berkurang drastis, maka menjadi ancaman bagi dunia tumbuhan, ancaman terhadap dunia tumbuhan juga anacaman bagi dunia hewan, dan ancaman terhadap hewan dan tumbuhan maka ancaman bagi manusia dan kehidupan. Bahkan Albert Einstein ilmuan fisika yang termahsur itu sangat ekstrim meramalkan yang bakal terjadi pada kehidupan ketika lebah musnah.

Jika lebah musnah dari muka bumi ini, manusia hanya sanggup bertahan selama empat tahun, tak ada penyerbukan, tak ada tanaman, tak ada binatang lagi, tiada lagi manusia…”

Dan yang sedang marak saat ini adalah fenomena merebaknya ulat bulu-serangga perusak tanaman. Bermula di probolinggo Jawa timur, kemudian meluas di dareah sekitarnya, sampai ke Bali, Jawa Tengah, bahkan kabar berita fenomena ulat bulu ini sudah sampai ke Jakarta. Para ilmuan tentunya memperkirakan bahwa fenomena maraknya ulat bulu juga disebabkan oleh ketidakseimbangan alam, pertumbuhan hewan predator-pemangsa ulat bulu tidak lagi tumbuh seimbang dengan pertumbuhan ulat bulu itu sendiri. Lagi-lagi akibat dari perubahan iklim, kerusakan ekosistem, cuaca ekstrim, penyemprotan peptisida yang juga malah membasmi komunitas hewan pemangsa ulat, demikian menurut kajian ilmiahnya.

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia
Sebagai umat ber-Tuhan, tentunya kita tidak melihat fenomena alam hanya dari sisi ilmiahnya saja, melainkan juga kita harus melihat dari sudut teologisnya-apa maksud dan rencana Allah terhadap segala musibah ini? Terjadinya bencana atau segala musibah dalam perspektif Islam terbagi menjadi tiga kategori : bencana hanya sebagai ujian, bencana bisa jadi sebagai teguran, dan bencana sebagai adzab Allah. Tentunya sejauh mungkin kita mnghindari bencana sebagai teguran lebih-lebih sebagai adzab Allah, karena yang demikian menggambarkan dosa-dosa dan kedurhakaan kita-manusia terhadap Allah. Paling baik bencana itu datang sebagai ujian keimanan kita dan kita dapat memetik hikamah di balik dari segala musibah tersebut, atau paling tidak bencana itu datang sebagai teguran atas segala kelalaian kita dan kita mampu menyadarinya dan cepat-cepat bertobat dan kembali menjalani segala tuntunan dan ketentuanNya. Jangan seperti Fir’aun dengan para pengikutnya yang mendapat berbagai macam hukuman dari Allah akibat dari pembangkangannya, kesombongannya dan ketidaksyukurannya terhadap karunia Allah, dan akhirnya Fira’un ditenggelamkan Allah di laut merah akibat dari pengingkarannya terus-menerus terhadap kebenaran yang di bawa Musa as. Keterangan ini dapat kita baca dalam Q.S. al-A’raf ayat 130-134:

Dan sesungguhnya kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. 7:130)

Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata:"Ini adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. 7:131)

Mereka berkata:"Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu". (QS. 7:132)

Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (QS. 7:133)

Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu daripada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu". (QS. 7:134)

Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. (QS. 7:135)

Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. (QS. 7:136)

Demikianlah Fir’aun akhirnya mendapt adzab dari Allah berupa angin taufan, kutu, belalang, katak yang mengganggu kehidupan mereka akibat tidak mensukuri ni’mat dan tidak mengindahkan teguran Tuhan.

Fenomena ulat bulu atau berbagai hama lain yang merebak akhir-akhir ini mudah-mudahan hanya sebagai ujian Allah semata, yang dengan  ini kita semakin dapat mengintrospeksi diri, meningkatkan rasa sukur dan selalu melihat hikmah dibalik segala musibah yang kita alami.



0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube