Isi Khutbah
Terkesan dengan ungkapan seorang penulis: “apakah
arti memiliki ketika diri sendiri adalah bukan milik kami”. Apakah arti
kehilangan ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan dan
sebaliknya, kehilangan banyak, saat kami
menemukan.”
Pernyataan tersebut merupakan sebuah penegasan akan
sikap dan persepsi seorang mukmin sejati tentang kepemilikan yang sebenarnya
sudah ada afirmasinya dalam prinsip ajaran agama, “innalillahi wa inna
ilaihi rojiuun” sesungguhnya kita berasal dari Allah dan akan kembali
kepada Allah”.
Segala sesuatu yang melekat pada diri kita menyangkut
tubuh, jiwa, status atau kehormatan adalah anugerah Sang Pencipta. Ia adalah
fasilitas yang kita terima sebagai amanah agar dipergunakan, dijalankan atau
disampaikan.
إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا اْلأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya.(Q.S Annisa;58)
Hidup sejatinya merupakan medan tanggung jawab untuk
menjaga dan mempergunakan fasilitas yang dianugerahkan Allah kepada kita. Dan saat
Pemiliknya akan menariknya kembali, maka sudah menjadi hak pemiliknya kapan
saja Ia mau. Saat seperti inilah menjadi apa yang dinamakan ‘musibah’ bagi
manusia. Kehilangan akan banyak hal menjadi pengalaman hidup yang tak
terbantahkan. Kehilangan pekerjaan, kehilangan jabatan, kehilangan harta benda,
kehilangan orang-orang tercinta bahkan kematian diri sendiri semua akan datang
secara pasti menjadi bagian perjalanan hidup manusia.
Kapan, di mana dan bagaimanapun saja musibah atau
penderitaan akan menghampiri kita semua dengan berbagai sebab dan kejadiannya. Boleh
jadi karena sakit, pembunuhan atau aksi teror, bencana alam ataupun kecelakaan
kendaraan dan sebagainya. Hidup adalah antrean panjang menuju kematian. Kita
tinggal menunggu giliran. Betapa hidup adalah memang untuk terluka. Kita
terlahir dalam keadaan menangis dan saat kita matipun semua orang akan
menangis. Betapa manusia adalah makhluk yang begitu berat memikul beban. Selama
nafas masih dikandung badan, manusia pasti mempunyai berbagai persoalan.
Bahagia dan tawa yang nampak hanya sekilas permukan pada manusia yang
sebenarnya rapuh dan penuh kecamasan. Nabi Saw mengisyaratkan kepada para sahabat dan
tentunya kepada kita semua akan getirnya kehidupan; “Andai kalian mengetahui
apa yang aku ketahui, tentunya kalian akan sedikit tertawa dan lebih banyak
menangis” (HR.Bukhori-Muslim).
Jamaah sholat Jum’at yang dirahmati Allah.
Dan saat tidak ada satupun yang tertinggal yang menjadi
milik kita, maka sabar dan syukur menjadi satu-satunya hal yang dapat kita
miliki. Syukur dan sabar kemudian menjadi alat untuk
mendamaikan antara kesenangan dan penderitaan yang kerap menghampiri hidup
manusia. Syukur dan sabar menjadi satu-satunya harapan yang akan tetap menghidupkan
dimensi lain manusia saat semuanya yang fisikal akan hancur dan terkubur. Sabda Nabi; “ Sungguh unik perkara orang mukmin itu,
semua perkaranya adalah baik. Jika mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu
menjadi kebaikan baginya, dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu
menjadi sebuah kebaikan baginya, dan ini hanya terjadi pada orang mukmin.”
Jamaah sholat Jum’at yang dirahmati Allah
Tidak ada memiliki, tidak ada kehilangan dan tidak
ada menemukan. Semuanya berjalan berkelindan dalam irama kebaikan Tuhan. Kesakitan
dalam hidup adalah nafas alam ketika sesuatu akan menjadi bernilai atau
terlahir kembali. Ada sebuah pandangan yang menyatakan bahwa “penderitaan
adalah lorong keTuhanan untuk menjadikan “kerang biasa” menjadi “kerang luar
biasa” itulah kerang yang didalamnya tersimpan ‘mutiara’ yang sangat bernilai setelah
ditempa dalam kesakitan dan kegelapan. Dan sekali lagi kesabaran mengambil
perannya yang paling mengagungkan.
إِنَّمَا يُوَفَّى
الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas. (QS. Az-Zumar:10)
Sementara orang yang tidak mampu mendamaikan antara
kenikmatan dan penderitaan, maka sepertilah ia apa yang diungkapkan dalam
al-Qur’an;
فَأَمَّا اْلإِنسَانُ
إِذَا مَاابْتَلاَهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي
أَكْرَمَنِ.
وَأَمَّآ إِذَا مَاابْتَلاَهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي
أَهَانَنِ
Adapun manusia apabila Tuhannya
mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia
berkata:"Tuahanku telah memuliakanku".
Adapun bila
Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata:"Tuhanku
menghinakanku. (Q.S.AlFajr:15-16)
Jamaah sholat Jum’at yang dirahmati Allah
Bahwa prinsip-prinsip ajaran agama akan selalu mengarahkan kita untuk
selalu menangkap kenyataan sebagai kehendak Tuhan yang memiliki tujuan. Agama
menawarkan satu persepsi yang membuat kita harus memaklumi segala keadaan dan
kejadian. Sebagai penutup mari kita renungkan ayat al-Qur’an berikut :
وَعَسَى أَن
تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرُ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ
شَرٌّ لَّكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahu, sedang kamu tidak mengetahui.
(QS. 2:216).
mantab
ReplyDeletecoba chek di sini
http://www.whatsmyserp.com/serpcheck.php
Check di sini
ReplyDelete