Thursday, February 19, 2015

Isi Khutbah
Penyair Inggris, Alexander Bob dalam bait-bait syairnya tentang manusia ideal mengungkapkan :

“Kenalilah jiwamu dan jangan kau tinggalkan pengenalanmu kepada Tuhan
Mempelajari manusia ideal adalah manusia berdiri di atas barzakhnya dari masa pertengahannya
Sebagai makhluk berakal di dalam kegelapan, dan sebagai makhluk yang besar dalam kekerasan
Ia lebih tahu daripada kalau menjadi ‘manusia ragu’ yang tidak tahu
Dan lebih lemah daripada jika menjadi makhluk utama yang sabar
Ia terkatung-katung antara bekerja dan santai
terkatung-katung antara ke-Tuhanan dan kehewanan
terkatung-katung bimbang antara mengutamakan akalnya atau badannya
Dilahirkan tapi untuk mati, ia mengerti tapi untuk berbuat keliru
Dikelilingi kebodohan, berkurang pengetahuannya atau bertambah
Dialah dia yang berlaku buruk terhadap dirinya atau menghindari perlakuan buruk terhadapnya
Makhluk yang separuhnya untuk meningkat dan separuhnya lagi untuk merosot
Tuan yang menguasai segala-gala dan bisa segala-gala
Dialah hukum satu-satunya tentang yang benar dan hal yang tidak benar, namun ia senantiasa goncang di dalam kekeliruannya
Ia masih tetap menjadi kebanyakan semua makhluk menjadi cemoohan dan menjadi teka teki yang tak terjawab, dalam suatu masa”

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia

Demikianlah seorang penyair inggris menggambarkan tentang manusia. Itulah manusia dengan ambivalensinya; diantara kemuliaan dan kehinaannya, diantara kesempurnaan dan kekurangannya, diantara keutamaan dan kebodohannya. Manusia yang senantiasa gamang beserta sarat beban hidupnya.

Betapapun juga al-qur’an menggambarkan demikian, namun sejurus kemudian Al-Qur’an memberikan tuntunan. Allah tidak akan memberikan beban di luar kesanggupan manusia untuk memikulnya. Bersama Allah selalu ada pengampunan, bersama Allah selalu ada jalan keluar, bersama Allah selalu ada tempat kembali kepada tuntutan nurani, dan Allah senantasa bersama orang yang tegar dalam mengarungi kerasnya hidup untuk sebuah kebenaran.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. 29:69)

Bersama Allah adalah ketentraman dan ketengan hidup bagi orang yang konsisten (istiqomah) pada jalan kebenaran;

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ

Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan:"Rabb kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. 46:13)

Dan Allah bersama orang yang senantiasa lurus jalan hidupnya ; انّ ربِّى عَلى صِرَاطً مُّسْتَقِيْمٍ
Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia
Namun demikian, di sana ada penyimpangan, ada pengingkaran, dan ada kejahatan yang membuat manusia terlempar dari kemuliaanya sendiri;
 لَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنسَانَ فيِ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ . ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِى ءَادَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. 17:70)

وَءَاتَاكُم مِّن كُلِّ مَاسَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لاَتُحْصُوهَا إِنَّ اْلأِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menhinggakannya.Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. 14:34)

Jamaah Sholat Jum’at yang berbahagia

Dan yang mesti selalu di ingat, manusia adalah satu-satunya makhluk yang diberikan instrument yang membuatnya sempurna dibanding makhluk-makhluk lainnya, yaitu akal. Dengan akal manusia mempunyai kemerdekaan. Semua benda dan makhluk di alam semesta ini seluruhnya tunduk pada keteraturan sistem yang mengaturnya (kekuatan malakati). Lain halnya dengan manusia, dengan akalnya ia mempunyai kebebasan untuk menentukan kebajikan dan kebijakannya sendiri, kebebasan menentukan jalan hidupnya sendiri.

فَمَن شَآءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَآءَ فَلْيَكْفُرْ barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir (AL-Kahfi:29).

Dan hanya manusia yang menyanggupi tawaran (amanah) Allah untuk mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai makhluk pada saat seluruh makhluk menolaknya, meskipun memang pada akhirnya manusia itu sungguh bodoh dan dzholim karena tidak seluruh manusia dapat menjalankan amanah yang dititipkan kepadanya, dan sebagian mereka menghianatinya.

إِنَّا عَرَضْنَا اْلأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا اْلإِنسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولاً
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS. 33:72)

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia

Dengan segala kemuliaan serta amanat yang diembannya, manusia bertarung dengan dirinya sendiri, melawan hawa nafsunya. Pertentangan antara unsur keTuhanan dengan sifat hewaniyahnya yang ada pada dirinya. Maka adalah peranan akal lah yang yang menentukan untuk menentukan langkahnya. Akal adalah segenap kemampuan daya fikirnya, kesadaran moral, serta bisikan nuraninya (di samping agama) yang menuntun manusia dalam samudera kehidupan yang penuh dengan riak gelombang yang akan menenggelamkannya. Maka akal dan agama sebagai pelampung yang akan menyelamatkan manusia.

Maka sering sekali dalam Al-qur’an, Allah mengingatkan manusia dengan nada menggugat kepada maanusia yang tidak memaksimalkan akalnya; afalaa ta’qiluun, afalaa tatafakkaruun, afalaa yatadabbaruun…., dan demikian Allah akan merendahkan manusia yang menghianati amanahnya;

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi nereka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergukan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (QS. 7:179)

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube