Isi Khutbah
Ibnu
Abbas RA mengatakan, bahwa ketika Allah SWT meniupkan roh ke jasad Adam yang
baru diciptakan mulai dari atas kepalanya, lalu ketika roh itu sudah sampai
pada separuh jasadnya, hiduplah Adam. Allah takjub sekali dengan kebagusan
jasadnya. Lalu Adam mencoba melangkah, lalu apa yang terjadi? Adam ternyata
terjatuh karena belum dapat melangkah. Itulah sebabnya mengapa manusia selalu
tidak sabar. Itu pula kebodohan manusia, sebagaimana Allah berfirman, “Wakaana
zholuuman jahuula” (dan manusia itu selalu zhalim dan bodoh).
Setelah
usai roh ditiupkan ke seluruh jasadnya, tiba-tiba Adam bersin lalu berkata: الحمد
لله ربّ العالمين بالهام من الله تعالى
“segala
puji bagi Allah, segala ilham itu datangnya dari Allah Yang Maha Tinggi”
Lalu
Allah menjawab: يرحمك
اللة يا ادم
“semoga Allah swt melimpahkan rahmat-Nya kepadamu hai Adam
(dikutip dari buku dahsyatnya doa’ para Nabi, Syamsudin Noor yang mengutip dari
Tafsir Thabari, I/202).
Kisah
tersebut di atas menceritakan bahwa do’a adalah yang pertama kali diajarkan
Allah kepada manusia, manusia pertama Adam as. Dan Adam serta siti Hawa pulalah
yang merintih, menghiba menyesali nasibnya terlempar dari surga akibat
perbuatan dosanya dengan memohon dan bertaubat dalam do’anya yang mashur:
ربّنا ظلمنا انفسنا وان لم تغفرلنا وترحمنا لنكوننّ من الخسرين
Ya
Tuhan Kami kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi (al-A’raf:23)
Jamaah
Sholat Jum’at yang di rahmati Allah
Esensi
Do’a memiliki kedudukan yang sangat mulia di sisi Allah karena hakikatnya, doa
adalah bentuk penghambaan makhluk terhadap Khaliqnya. Diriwayatkan oleh
al-Hakim, Rasulullah Saw, bersabda : “tidak ada sesuatu yang paling mulia di
sisi Allah azza wa jalla dari pada berdo’a. الدعاء مخّ العبادة (رواه لاربعة
وصححه الترمذى) “do’a itu adalah
otaknya dari ibadah”. Do’a adalah senjatanya orang mu’min
Dan lebih
dari pada itu semua, do’a adalah perintah, perintah Allah swt, sebagaimana
dalam firmanNya:
وَقَالَ رَبُّكُمُ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي
سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Rabbmu berfirman:"Berdo'alah kepada-Ku,niscaya akan
Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS.
40:60)
Dan karena do’a merupakan perintah Allah swt, maka do’a
adalah ibadah yang sejatinya dilakukan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan
apapun terhadap Allah swt, hanya semata-mata sikap (ketundukan) kita sebagai
makhluk yang rendah dihadapan Yang Maha Tinggi. Ahli Tauhid mengatakan apabila
dalam berdo’a mengharap dikabulkan apa yang diminta, itu artinya sudah
melakukan kesalahan dalam berdo’a. Alasannya, urusan berdo’a adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, sementara ijabah (mengabulkan) itu urusan Allah. Allah memiliki
hak memberi atau tidak dan Allah pemberi tanggung jawab yang adil. Tidak
dikabulkannya do’a bukan berarti tidak diterimanya do’a kita kepada Allah. Do’a
yang sudah kita panjatkan dengan penuh keikhlasan akan mendapatkan kedudukan
tersendiri sebagaimana dalam sabda Nabi yang diriwayatkan
al-Hakim:”sesungguhnya seorang hamba tidak akan luput dalam do’anya dari salah
satu tiga perkara: adakalanya do’anya disegerakan, adakalanya do’anya menjadi
investasi di akhirat dan adakalanya karena do’a itu, ia dihindarkan dari
marabahaya.”
Jamaah Sholat Jum’at yang dirahmati Allah swt
Meskipun do’a sejatinya melekat dan mengiringi setiap
aktifitas kehidupan kita-di mana saja, kapan saja, pagi, sore, dan malam hari-namun
ada waktu, tempat atau kondisi-kondisi tertentu yang menjadikan do’a tersebut
lebih istimewa dihadapan Allah swt. Hal ini menjadi bagian dari etika (adab)
dalam berdo’a. Imam al-Gazhali dalam kitabnya Azdkaar wa ad-Da’awaat memaparkan ada 10 etika dalam
berdo’a yang pada kesempatan ini, saya hanya menuliskan 4 saja, diantaranya:
Pertama, Berdo’a pada waktu-waktu yang dianggap mulia, diantaranya seperti hari
arafah, bulan ramadhan, hari Jum’at dan waktu sahur (sepertiga malam yang
terakhir)
وبالاسحار هم يستغفرون
Di waktu sahur,
mereka meminta ampun kepada TuhanNya.
Kedua, Pada kondisi-kondisi yang dianggap mulia, diantaranya
seperti: ketika sedang berjihad membela agama Allah, saat turun hujan, do’a
yang dilakukan antara adzan dan iqomah, do’a saat berpuasa, do’a ketika kita
sujud dalam sholat:
أقرب ما يكون العبد من
ربه عز و جل وهو ساجد فاكثروا فيه من الدعاء
Posisi seorang hamba
yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang bersujud, maka
perbanyaklah do’a ketika engkau sedang bersujud.
Ketiga, Berdo’a dengan lembut. Sebagaimana firman
Allah:
“berdo’alah
kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhny Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. اذ نادى ربه نداء خفيّا “jika ia berdo’a kepada Tuhannya dengan suara
yang rendah (lembut). (Q.S Maryam:3)
Keempat,
berdo’a dengan mengadap kiblat dan mengangkat tangan.
Anas meriwayatkan, “sesungguhnya Rasulullah
Saw mengangkat kedua tangannya sampai kelihatan ketiaknya yang kulitnya
berwarna putih ketika beliau sedang berdo’a dan beliau tidak mengacungkan
jarinya.
Ibnu Abbas berkata, “apabila
Rasulullahsaw, berdo’a, maka beliau merapatkan (menggabungkan) kedua telapak
tangannya dan menjadikan bagian dalam telapak tangannya mengarah ke wajah.
Sementara itu, orang yang berdo’a
tidak boleh mengarahkan pandangannya ke langit, Rasulullah bersabda “ hendaknya
orang-orang (kaum) mau berhenti mengarahkan pandangannya ke langit ketika
berdo’a atau (mereka) memilih mata mereka akan disambar”
0 komentar:
Post a Comment