Thursday, December 18, 2014

Doa dan Etikanya

Posted by KHUTBAH | 5:34 PM Categories: , ,


Isi Khutbah
Ibnu Abbas RA mengatakan, bahwa ketika Allah SWT meniupkan roh ke jasad Adam yang baru diciptakan mulai dari atas kepalanya, lalu ketika roh itu sudah sampai pada separuh jasadnya, hiduplah Adam. Allah takjub sekali dengan kebagusan jasadnya. Lalu Adam mencoba melangkah, lalu apa yang terjadi? Adam ternyata terjatuh karena belum dapat melangkah. Itulah sebabnya mengapa manusia selalu tidak sabar. Itu pula kebodohan manusia, sebagaimana Allah berfirman, “Wakaana zholuuman jahuula” (dan manusia itu selalu zhalim dan bodoh).

Setelah usai roh ditiupkan ke seluruh jasadnya, tiba-tiba Adam bersin lalu berkata: الحمد لله ربّ العالمين بالهام من الله تعالى
segala puji bagi Allah, segala ilham itu datangnya dari Allah Yang Maha Tinggi
Lalu Allah menjawab:  يرحمك اللة يا ادم
 semoga Allah swt melimpahkan rahmat-Nya kepadamu hai Adam (dikutip dari buku dahsyatnya doa’ para Nabi, Syamsudin Noor yang mengutip dari Tafsir Thabari, I/202).
Kisah tersebut di atas menceritakan bahwa do’a adalah yang pertama kali diajarkan Allah kepada manusia, manusia pertama Adam as. Dan Adam serta siti Hawa pulalah yang merintih, menghiba menyesali nasibnya terlempar dari surga akibat perbuatan dosanya dengan memohon dan bertaubat dalam do’anya yang mashur:
ربّنا ظلمنا انفسنا وان لم تغفرلنا وترحمنا لنكوننّ من الخسرين
Ya Tuhan Kami kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi (al-A’raf:23)
Jamaah Sholat Jum’at yang di rahmati Allah
Esensi Do’a memiliki kedudukan yang sangat mulia di sisi Allah karena hakikatnya, doa adalah bentuk penghambaan makhluk terhadap Khaliqnya. Diriwayatkan oleh al-Hakim, Rasulullah Saw, bersabda : “tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah azza wa jalla dari pada berdo’a.  الدعاء مخّ العبادة (رواه لاربعة وصححه الترمذى) “do’a itu adalah otaknya dari ibadah”. Do’a adalah senjatanya orang mu’min
Dan lebih dari pada itu semua, do’a adalah perintah, perintah Allah swt, sebagaimana dalam firmanNya:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Rabbmu berfirman:"Berdo'alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. 40:60)

Dan karena do’a merupakan perintah Allah swt, maka do’a adalah ibadah yang sejatinya dilakukan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan apapun terhadap Allah swt, hanya semata-mata sikap (ketundukan) kita sebagai makhluk yang rendah dihadapan Yang Maha Tinggi. Ahli Tauhid mengatakan apabila dalam berdo’a mengharap dikabulkan apa yang diminta, itu artinya sudah melakukan kesalahan dalam berdo’a. Alasannya, urusan berdo’a adalah kewajiban manusia terhadap Allah, sementara ijabah (mengabulkan) itu urusan Allah. Allah memiliki hak memberi atau tidak dan Allah pemberi tanggung jawab yang adil. Tidak dikabulkannya do’a bukan berarti tidak diterimanya do’a kita kepada Allah. Do’a yang sudah kita panjatkan dengan penuh keikhlasan akan mendapatkan kedudukan tersendiri sebagaimana dalam sabda Nabi yang diriwayatkan al-Hakim:”sesungguhnya seorang hamba tidak akan luput dalam do’anya dari salah satu tiga perkara: adakalanya do’anya disegerakan, adakalanya do’anya menjadi investasi di akhirat dan adakalanya karena do’a itu, ia dihindarkan dari marabahaya.”

Jamaah Sholat Jum’at yang dirahmati Allah swt

Meskipun do’a sejatinya melekat dan mengiringi setiap aktifitas kehidupan kita-di mana saja, kapan saja, pagi, sore, dan malam hari-namun ada waktu, tempat atau kondisi-kondisi tertentu yang menjadikan do’a tersebut lebih istimewa dihadapan Allah swt. Hal ini menjadi bagian dari etika (adab) dalam berdo’a. Imam al-Gazhali dalam kitabnya Azdkaar wa ad-Da’awaat memaparkan ada 10 etika dalam berdo’a yang pada kesempatan ini, saya hanya menuliskan 4 saja, diantaranya:

Pertama, Berdo’a pada waktu-waktu yang dianggap mulia, diantaranya seperti hari arafah, bulan ramadhan, hari Jum’at dan waktu sahur (sepertiga malam yang terakhir)

وبالاسحار هم يستغفرون
Di waktu sahur, mereka meminta ampun kepada TuhanNya.

Kedua, Pada kondisi-kondisi yang dianggap mulia, diantaranya seperti: ketika sedang berjihad membela agama Allah, saat turun hujan, do’a yang dilakukan antara adzan dan iqomah, do’a saat berpuasa, do’a ketika kita sujud dalam sholat:

أقرب ما يكون العبد من ربه عز و جل وهو ساجد فاكثروا فيه من الدعاء
Posisi seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah do’a ketika engkau sedang bersujud.

Ketiga, Berdo’a dengan lembut. Sebagaimana firman Allah:

“berdo’alah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhny Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. اذ نادى ربه نداء خفيّا   “jika ia berdo’a kepada Tuhannya dengan suara yang rendah (lembut). (Q.S Maryam:3)

Keempat, berdo’a dengan mengadap kiblat dan mengangkat tangan.
 Anas meriwayatkan, “sesungguhnya Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya sampai kelihatan ketiaknya yang kulitnya berwarna putih ketika beliau sedang berdo’a dan beliau tidak mengacungkan jarinya.

Ibnu Abbas berkata, “apabila Rasulullahsaw, berdo’a, maka beliau merapatkan (menggabungkan) kedua telapak tangannya dan menjadikan bagian dalam telapak tangannya mengarah ke wajah.

Sementara itu, orang yang berdo’a tidak boleh mengarahkan pandangannya ke langit, Rasulullah bersabda “ hendaknya orang-orang (kaum) mau berhenti mengarahkan pandangannya ke langit ketika berdo’a atau (mereka) memilih mata mereka akan disambar”

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube