Monday, December 14, 2015

Memimpikan Pemimpin Ideal

Posted by KHUTBAH | 7:48 PM Categories: , , , , ,
Sebagai warga negara Indonesia khususnya, kita baru saja melewati salah satu hajat besar negara, yaitu memilih sejumlah pemimpin daerah disebagian wilayah Indonesia secara bersamaan waktunya yang kita sebut sebagai Pilkada serentak. Dikatakan hajat besar karena esensi dari Pilkada ini adalah lahirnya para pemimpin yang akan mengurus persoalan-persoalan besar bangsa menyangkut hajat hidup masyarakat, menciptakan keadilan, ketentraman dan kedamaian warga masyarakat. Yang menurut Ibnu Taimiyah seorang pemimpin harus menjalankan fungsi fungsi menegakan amar-ma’ruf dan nahi mungkar, memerintahkan kebaikan dan menghapus kebathilan.

Maka sejatinya bukan cuma hak setiap warga untuk memilih, namun dari kaca mata agama, menentukan pemimpin ini boleh jadi suatu kewajiban saat suatu keniscayaan mengharuskan keniscayaan yang lain. Yang menurut kaidah ushul fiqh ما لا يتم الواجب الا به فهو الواجب yang wajib tidak akan sempurna kecuali dengan adanya sesuatu yang lain, maka sesuatu itu hukumnya wajib. Maka memilih pemimpin yang sesuai syarat menjadi wajib sebelum kewajiban pokok kita yaitu mentaati ulil Amri (pemimpin) wilayah atau negara. Karena dari pilihan kita lah nasib suatu bangsa atau masyarakat akan dipertaruhkan. Apakah kita menyerahkan bangsa atau masayarakat ini kepada pemimpin yang amanah atau sebaliknya, kita biarkan bangsa dan masarakat ini dipimpin oleh orang yang zalim dan berbuat kerusakan.

Jamaah Sholat Jum’at yang dimuliakan Allah

Namun bangsa ini sepertinya tak berkesudahan diterpa badai kepemimpinan. Berbagai kasus yang menyeruak yang lama maupun yang baru datang lagi-lagi menggoyang martabat kekuasaan. Ironi dan anomali etika pemimpin yang bermartabat begitu telanjang muncul kepermukaan. Korupsi dan money politic dengan berbagai modusnya memang sulit sekali disembuhkan, menggurita dan mengakar sampai dalam mindset dan alam pikiran. Prakteknya beraneka ragam, dari bagi-bagi uang pecahan sebelum pencoblosan sampai tarap mega skandal ‘papa minta saham’.

Muncul pertanyaan, salahkah kita dalam menentukan pilihan, atau memang sudah tidak ada lagi pilihan? Ada kesalahan mendasar yang selama ini kita abaikan. Kriteria pemimpin yang sejati memang masih jauh dari harapan. Partai politik sebagai mesin pencetak kader pemimpin jelas terlihat gagal, karena pola rekrutmen yang selamanya berdasarkan fisik, figur dan kemapanan, bukan pada kemampuan. Banyak kita lihat orang-orang dengan integritas baik sama sekali tidak dilirik atau mungkin tidak tertarik untuk tampil dalam pentas politik yang penuh intrik. malah orang-orang yang justru dalam track record buruk secara jelas, minim kapasitas, jauh dari kapabilitas, karena hanya menyandang popularitas dalam dunia selebritas, dapat melenggang bebas tersenyum puas. Inilah problem rekrutmen para pemimpin kita.

Aristoteles selamanya hanya bermimpi mengandaikan sebuah negara ideal yang dipimpin oleh seorang filosof yang mengasumsikan negara berjalan di atas nilai nilai mulia penuh kebajikan. Demikian juga filosof muslim al-Farabi, hanya bisa membayangkan sebuah negara utama yang dipimpin oleh orang yang paling unggul dan paling sempurna diantara mereka. Mereka adalah para filosof yang berkarakter nabi orang yang mempunyai kemampuan fisik dan jiwa secara memadai.  
Cita-cita dua filosof tersebut bagaimanapun juga telah diisyaratkan dalam al-quran dan hadits Nabi saw. Bahwa amanah kepemimpinan harus dipegang oleh orang-orang terbaik dalam masyarakat bukan orang-orang yang zalim.
وَإِذ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبَّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِن ذُرِّيَتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Dan (Ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata:"(Dan saya mohon juga) dari keturunanku. Allah berfirman:"Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". (QS. 2:124).

Kepemimpinan adalah amanah Allah, bukan sesuatu yang diminta, dikejar atau diperebutkan.

يا عبد الرّحمن ابن سمرة لا تسأل ال امارة فانك ان أعطيتها عن غير مسأل أعينت عليها و ان أعطيها عن مسألة وكلت اليها
wahai Abdurrahmman bin samurah, janganlah engkau meminta kepemimpin. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong. Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu, niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong). (HR. Bukhori)

Kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani rakyat. Sabda Nabi Saw. “tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan (HR. Imam ahmad dan Tirmidzi).

Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Dalam bentuk minta hadiah persekot, upeti, saham atau apalah lainya secara illegal. Pemimpin seperti ini oleh Nabi dinilai sebagai penghianat, “pemberian hadiah kepada pemimpin adalah penghianatan”.

Jamaah Sholat Jum’at yang berbahagia

Cita cita Aristoteles dan Al-Farabi mengandaikan pemimpin adalah orang terbaik diantara mereka bukan tanpa alasan. Karena tanggung jawab seorang pemimpin dalam memutus perkara umat amatlah beratnya. Memang dibutuhkan karakter Nabi untuk memecah perkara umat secara adil. Atau paling tidak seorang pemimpin harus mengikuti garis dan batas yang ditetapkan.

dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu (al-Maidah:49)

Keadilan harus ditegakan tanpa pandang bulu meskipun terhadap diri sendiri, orang tua atau kerabat dekat.

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS. 4:135)


Dan kadang banyak pemimpin memutuskan perkara sesuai kepentingan kelompoknya meskipun tidak memenuhi rasa keadilan semestinya. Berbagai dalih dan rekayasa mencari celah bahkan dilakukannya untuk memenangkan atau meloloskan perkara yang menguntungkan kelompoknya. Al-qur’an telah memberikan tuntunan untuk kasus seperti ini

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmuterhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akamu kerjakan. (QS. 5:8)

Tanggung jawab pemimpin meliputi dunia dan akhirat. Melenceng  dari garis yang telah ditetapkan berakibat nerakalah tempatnya. Diakhirat kelak ia akan diminta pertanggungjawabannya dihadapan Allah swt.

tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan deselamatkan oleh keadilannya atau akan dijerumuskan oleh kezalimannya”.

Oleh karena berat tanggung jawab dan resiko seorang pemimpin di mata Allah, maka pemimpin yang adil salah satu yang akan mendapat perlindungan Allah di hari kemudian kelak سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِل tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan Allah di akhir kelak salah satunya adalah pemimpin yang Adil.

Jamaah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah


Dengan khutbah yang singkat ini diharapkan akan membuka kesadaran kita bahwa kita juga harus bertanggung jawab dalam menentukan pemimpin yang baik, tidak ikut-ikutan, tidak karena uang. Karena pilihan kita akan menentukan masa depan bangsa dan wilayah ini. Semoga pemimpin kita saat ini dan yang akan datang benar-benar menjalankan amanah dengan benar dan membawa kita masyarakatnya kepada kemakmuran dan keadilan. Amiin ya rabal alamin.

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube