Isi Khutbah
Inilah yang menjadi prinsip hidup asketis Rasulullah
yang selalu diajarkan kepada umatnya demi menggapai kebahagiaan yang
sebenarnya. Dan demi menggapai kehormatan dan keagungan agamanya yang sejati.
Seorang sahabat pernah bertanya: “Ya Rasul, tunjukanlah suatu tindakan yang
apabila aku mengamalkannya, Tuhan dan manusia mencintaiku?” Rasulullah
menjawab”zuhudlah kamu terhadap dunia, niscaya Tuhan mencintaimu. Zuhudlah kamu
pada apa-apa yang ada pada tangan manusia, niscaya manusia mencintaimu.
Spirit agama teletak pada sikap
asketis (zuhud) para pemeluknya. Asketisme adalah sebuah faham yang
memperaktekan kesederhanaan, kejujuran dan rela berkorban. Asketisme beragama
adalah pirnsip hidup yang menanggalkan kesenangan dunia hanya untuk menggapai
ridha ilahi, berusaha terus menerus membangun kedekatan kepada Tuhan. Sikap
hidup asketis tergambar dari kesederhanaan sikap, pakaian, makanan, dan
orientasi hidup yang lebih mementingkan isi dari pada kulit. Di sinilah agama
menemukan elan vitalnya. Saat inilah agama bertaut antara syariat dan
hakikatnya.
Maka musuh utama sikap hidup
asketis adalah gaya hidup materialistis dan hedonis, gaya hidup yang menjadikan
benda dan kesenangan sebagai kesuksesan hidup di dunia. Padahal kita semua tahu
bahwa bagaimana agama memandang kehidupan ini dengan berbagai kesenangan yang
ada di dalamnya;
يَاقَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
مَتَاعُ. وَإِنَّ اْلأَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ
Hai
kaumku, sesungguhnya kehidupan ini hanyalah kesenangan (sementara) dan
sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
Pergulatan dan pertarungan hidup kita saat ini banyak dihiasi oleh
orientasi-orientasi materialistis dan hedonis; kecintaan terhadap dunia yang
berlebihan, gaya hidup yang tergambar jelas lewat fashion dan tren yang terus
berganti; hidup penuh dengan ketamakan, menghalalkan segala cara untuk meraih
harta dan benda, kolusi, korupsi, dan manipulasi mewarnai perjalanan birokrasi
negeri ini. Satu sisi yang lain, potret kemiskinan negeri nampak di sana sini.
Seharusya inilah yang menjadi medan kita untuk berekpresi menjalankan agama
penuh empati, bukan malah memperkaya diri mempertuhankan materi.
Jamaah sholat Jum’at yang dirahmati Allah
Yang juga memperihatinkan kita adalah gaya hidup beragama yang dikemas
dalam kesan materialistis dan hedonis. Alih alih mensyiarkan agama, justru kita
hidup semakin jauh dari tuntunan hakikat kebenaran itu sendiri. Program-program
dakwah televisi banyak mempertontonkan ironi di sana sini. Busana muslim yang
dijajakan ataupun yang dikonteskan menjadi parade kemewahan mengikuti gaya
hidup dan tren masa kini tentunya harganya pun tidaklah murah. Majelis-majelis
Taklim berlomba dengan busana peserta yang diseragamkan syarat
pernak-pernik dan motifnya. Ditambah lagi dengan dakwah yang dikonteskan syarat
dengan muatan fashion busana peserta ataupun busana para juri yang sengaja
berciri dan bercorak gaya sendiri-sendiri. Sungguh jauh dari nilai-nilai
asketis yang digaungkan. Ibarat slogan tanpa keteladanan. Atau sudah sampaikah
kita pada ramalan Ibnu Mas’ud : “ sesungguhnya kalian sekarang ini pada zaman
yang masih banyak ulamanya, sedikit tukang ceramahnya. Dan sesungguhnya setelah
kalian akan datang suatu zaman yang banyak tukang ceramahnya sedikit ulamanya”.
Jamaah Sholat Jum’at yang
dirahmati Allah
Agama dibangun oleh keteladanan
para Nabinya yang meninggalkan jejak dan napak tilasnya yang mengagumkan.
Keteladanan yang diekpresikan dengan perjuangan hidup asketis yang
berdarah-darah bahkan ancaman kematian yang begitu dekat. Maka bagaimana
mungkin kehormatan agama hari ini berdiri diatas sikap dan perilaku yang
materialistis dan hedonis. Adalah sikap yang sebenarnya justru melalaikan dan
menghancurkan
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ . حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ . كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُونَ . ثُمَّ كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُونَ . كَلاَّ لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ . لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ
Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu
akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin, (niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahannam,
Jamaah Sholat Jumat yang
dirahmati Allah
Kembali kita meneladani
Rasulullah bagaimana dalam memandang prinsip hidup, dan apa yang menjadi
orientasi kebahagiaannya di dunia. Harta benda bagi Rasul tidak disikapinya
sebagai segala-galanya tapi justru sebagai media untuk menggapai kecintaan
beliau kepada Allah swt. Pada kesempatan lain Beliau mengatakan bahwa ukuran
kekayaan seseorang bukanlah berlimpah harta bendanya, melainkan orang yang kaya
adalah orang yang kaya jiwanya.
0 komentar:
Post a Comment