Thursday, January 7, 2016

Memilih Jalan Asketis

Posted by KHUTBAH | 8:02 AM Categories: , ,
Isi Khutbah

Spirit agama teletak pada sikap asketis (zuhud) para pemeluknya. Asketisme adalah sebuah faham yang memperaktekan kesederhanaan, kejujuran dan rela berkorban. Asketisme beragama adalah pirnsip hidup yang menanggalkan kesenangan dunia hanya untuk menggapai ridha ilahi, berusaha terus menerus membangun kedekatan kepada Tuhan. Sikap hidup asketis tergambar dari kesederhanaan sikap, pakaian, makanan, dan orientasi hidup yang lebih mementingkan isi dari pada kulit. Di sinilah agama menemukan elan vitalnya. Saat inilah agama bertaut antara syariat dan hakikatnya.

Maka musuh utama sikap hidup asketis adalah gaya hidup materialistis dan hedonis, gaya hidup yang menjadikan benda dan kesenangan sebagai kesuksesan hidup di dunia. Padahal kita semua tahu bahwa bagaimana agama memandang kehidupan ini dengan berbagai kesenangan yang ada di dalamnya;
يَاقَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعُ. وَإِنَّ اْلأَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ
Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
Pergulatan dan pertarungan hidup kita saat ini banyak dihiasi oleh orientasi-orientasi materialistis dan hedonis; kecintaan terhadap dunia yang berlebihan, gaya hidup yang tergambar jelas lewat fashion dan tren yang terus berganti; hidup penuh dengan ketamakan, menghalalkan segala cara untuk meraih harta dan benda, kolusi, korupsi, dan manipulasi mewarnai perjalanan birokrasi negeri ini. Satu sisi yang lain, potret kemiskinan negeri nampak di sana sini. Seharusya inilah yang menjadi medan kita untuk berekpresi menjalankan agama penuh empati, bukan malah memperkaya diri mempertuhankan materi.

Jamaah sholat Jum’at yang dirahmati Allah
Yang juga memperihatinkan kita adalah gaya hidup beragama yang dikemas dalam kesan materialistis dan hedonis. Alih alih mensyiarkan agama, justru kita hidup semakin jauh dari tuntunan hakikat kebenaran itu sendiri. Program-program dakwah televisi banyak mempertontonkan ironi di sana sini. Busana muslim yang dijajakan ataupun yang dikonteskan menjadi parade kemewahan mengikuti gaya hidup dan tren masa kini tentunya harganya pun tidaklah murah. Majelis-majelis Taklim berlomba dengan busana peserta yang diseragamkan syarat pernak-pernik dan motifnya. Ditambah lagi dengan dakwah yang dikonteskan syarat dengan muatan fashion busana peserta ataupun busana para juri yang sengaja berciri dan bercorak gaya sendiri-sendiri. Sungguh jauh dari nilai-nilai asketis yang digaungkan. Ibarat slogan tanpa keteladanan. Atau sudah sampaikah kita pada ramalan Ibnu Mas’ud : “ sesungguhnya kalian sekarang ini pada zaman yang masih banyak ulamanya, sedikit tukang ceramahnya. Dan sesungguhnya setelah kalian akan datang suatu zaman yang banyak tukang ceramahnya sedikit ulamanya”.

Jamaah Sholat Jum’at yang dirahmati Allah
Agama dibangun oleh keteladanan para Nabinya yang meninggalkan jejak dan napak tilasnya yang mengagumkan. Keteladanan yang diekpresikan dengan perjuangan hidup asketis yang berdarah-darah bahkan ancaman kematian yang begitu dekat. Maka bagaimana mungkin kehormatan agama hari ini berdiri diatas sikap dan perilaku yang materialistis dan hedonis. Adalah sikap yang sebenarnya justru melalaikan dan menghancurkan
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ . حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ . كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُونَ . ثُمَّ كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُونَ . كَلاَّ لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ . لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, (niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahannam,

Jamaah Sholat Jumat yang dirahmati Allah

Kembali kita meneladani Rasulullah bagaimana dalam memandang prinsip hidup, dan apa yang menjadi orientasi kebahagiaannya di dunia. Harta benda bagi Rasul tidak disikapinya sebagai segala-galanya tapi justru sebagai media untuk menggapai kecintaan beliau kepada Allah swt. Pada kesempatan lain Beliau mengatakan bahwa ukuran kekayaan seseorang bukanlah berlimpah harta bendanya, melainkan orang yang kaya adalah orang yang kaya jiwanya.

Inilah yang menjadi prinsip hidup asketis Rasulullah yang selalu diajarkan kepada umatnya demi menggapai kebahagiaan yang sebenarnya. Dan demi menggapai kehormatan dan keagungan agamanya yang sejati. Seorang sahabat pernah bertanya: “Ya Rasul, tunjukanlah suatu tindakan yang apabila aku mengamalkannya, Tuhan dan manusia mencintaiku?” Rasulullah menjawab”zuhudlah kamu terhadap dunia, niscaya Tuhan mencintaimu. Zuhudlah kamu pada apa-apa yang ada pada tangan manusia, niscaya manusia mencintaimu.

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube