Sunday, May 15, 2016

Tujuan diturunkannya agama. Sebelum lebih jauh kita menelaah apa sebenarnya fungsi agama dalam kehidupan atau dengan kata lain apa tujuan diturunkannya agama ke langit dunia, ada tiga dimensi dalam kehidupan yang harus kita ketahui dan dudukan terlebih dahulu, yaitu:
Yang Pertama, DIMENSI STRUKTURAL, yaitu alam semesta, dari unsur terkecil berupa partikel-partikel sampai yang terbesar berupa galaksi-galaksi. Untuk menguasai dimensi struktural ini Allah membekali kita ALAT yang bernama RASIO / AKAL. Akal menjadikan kita mampu menjangkau, memperoleh dan meraih alam semesta ini. Lewat belajar, penelitian ataupun eksperimen maka lahirlah ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang kita rasakan manfaat dan dampaknya saat ini..
Yang Kedua, DIMENSI SITUASIONAL. Kita merasakan panas karena ada yang kita rasakan panas, kita merasakan dingin, karena ada yang kita rasakan dingin. Kita merasa senang atau gembira karena ada sesuatu yang membuat kita senang atau gembira. Kita merasakan susah, sedih atau duka, karena ada sesuatu yang membuat kita sedih atau duka. Dan ALAT yang diberikan Allah untuk kita merasakan semua itu adalah HATI.
Yang Ketiga, DIMENSI PROSES. Suatu dimensi di mana Allah TIDAK memberi ALAT kepada manusia untuk mengetahuinya, untuk memperoleh atau menggapainya. Itulah yang dinamakan dimensi proses, dimensi mengarungi waktu. Pernahkah kita tahu kapan kita akan mati, di mana kita akan dikuburkan, dapatkah kita memprediksi apa yang akan terjadi besok, apakah rasa senang, sedih, mendapat untung atau rugi, dipuja orang atau dimaki. Tidak ada yang dapat memprediksi itu. Bahkan para wali atau Nabi sekalipun tidak diberi tahu tentang itu. Kalaupun bisa, bukan dirinya sendiri yang mengetahui, melainkan Allah yang memberi tahu lewat wahyunya.
Jamaah Sholat Jumat yang dirahmati Allah
Sebagaimana dikatakan bahwa Allah tidak memberikan alat untuk memperoleh dimensi yang ketiga ini, namun Allah menurunkan AGAMA. Agama diturunkan ke bumi agar kita dapat menempuh dimensi ini. Agama yang akan menolong kita dalam mengarungi waktu yang kita tidak tahu kapan akan berakhir. Maka yang paling pertama ditanamkan dalam kehidupan agama adalah ke-IMAN-an. Yang pertama adalah iman kepada dzat yang mengatur, yang menciptakan dan terbebas dari ruang dan waktu. Maka rumus keimanan adalah sami’na wa ata’na – kami DENGAR dan kami TAATI. Tidak kami PIKIRKAN atau kami RASAKAN terlebih dahulu.
Dan Setelah iman kepada Allah, yang selalu ditanamkan agama adalah tentang HARI AKHIR, tentang rahasia dibalik kehidupan ini, tentang masa depan kita di akhirat kelak. Agama selalu mengajarkan bahwa kehidupan dunia ini hanya main-main dan senda gurau belaka, dan kehidupan kahiratlah yang sebenar-benarnya kehidupan dan akan kekal abadi (Q.S. AL-An’am:32), (Al-‘ala: 17).
“ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dai Allah serta keridhoanNya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (al-Hadid:20)
Dan untuk menggapai kebahagiaan akhirat tersebut, tentunya kita harus menjalankan prinsip-prinsip agama dan amal sholeh yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Dan yang ditawarkan agama adalah bagaimana kita harus senantiasa berorientasi akhirat dan bermotivasi ridho Allah.
Barang siapa yang menghendaki keuntungan diakhirat, akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia. Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat”. (As-Syura:20).
Itulah diantara berita-berita penting tentang yang ghaib yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad) tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak pula kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqawa”. (Hud:49)

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube