Pada momen peringatan Isra Miraj
ini, marilah kita telaah filosofi simbol-simbol peristiwa isra miraj,
diantaranya :
1 . Terjadi pada Malam 27 bulan Rajab
2. Perjalanan dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis
3. Perjalanan Miraj ke Sidratul Muntaha
1 . Terjadi pada Malam 27 bulan Rajab
Malam ke-27
menurut perhitungan kalender rembulan adalah malam yang paling gelap. Malam itu
juga menunjukan kondisi masyarakat jahiliyah yang dalam kegelapan. Karakter dan
adat kebiasaan yang buruk, kemaksiatan merajalela, ajaran agama Ibrahim semakin
diselewengkan. Peristiwa Isra Miraj akan membawa berita langit tentang cahaya
kebenaran yang membawa penerangan. Pada malam hari juga menandakan tradisi
manusia pulang kembali kepada ‘diri’ sendiri setelah siang hari bergelut dengan
tugas budaya menjamah semesta. Malam hari adalah waktu merenung, waktu manusia
lebih mengenal dirinya. “man ‘arafa nafsahu ‘arafa rabbahu’ siapa yang
mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya. Isra Miraj merupakan informasi
tentang diri. Informasi tentang cara membawa diri sebagai manusia agar peran
khalifah di muka bumi semakin berkualitas.
2. Perjalanan dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis
Masjidil Haram
atau baitul haram adalah bagaikan sebuah “rumah hukum” atau “rumah akal”. Dari “rumah
akal” inilah beliau berangkat menuju ke “rumah suci” (baitul maqdis). Dengan
Akal manusia berangkat menjamah semesta struktural untuk bisa mengenal Tuhan.
Tetapi ketika hendak menjamah Tuhan, akal tidak mampu menjamahnya. Akal
bukanlah instrument yang bisa digunakan untuk berdialog dengan Tuhan. Sebelum
diberi akal, manusia terlebih dahulu diberi “hati nurani” (rumah suci). Maka ketika
ingin berdialog dengan Tuhannya, manusia harus kembali ke rumah awalnya yaitu “hati
nurani”. Hati nurani tempat manusia berteduh menerima ilham-ilham (wahyu) dari
Allah. “bumi dan langit, matahari dan bulan tidak sanggup menggapaiKu,
tetapi hati hambaKu yang beriman yang sanggup menjangkauKu.”(hadits qudsi).
Perjalanan ke rumah suci, perjalanan kembali kepada nurani ini adalah
perjalanan yang diberkahi (Q.S.Al-Isra:1).
Miraj merupakan
pengembangan jenjang spiritual yang dialami Rasulullah sebagai makhluk Tuhan.
Ada tujuh jenjang spiritual pada makhluk-makhluk Tuhan, maka ada tujuh langit
tempat singgah Rasulullah saw. Pada langit pertama beliau digambarkan berjumpa
dengan Nabi adam a.s (Nabi yang dijadikan Tuhan dari tanah atau benda mati).
Kemudian berjumpa dengan Nabi Isa a.s. dan Yahya a.s. pada langit ke-dua (langit
kehidupan). Berjumpa pada Nabi Yusuf a.s. pada langit ke-tiga (langit
nafs). Nabi Idris a.s. pada langit ke-empat (langit akal). Berjumpa
pada Nabi Harun a.s. di langit ke lima (langit iman). Terus berjumpa
dengan Nabi Musa a.s. pada langit ke-enam (langit Nubuwah). Dan terakhir
berjumpa dengan Nabi Ibrahim a.s. di langit ke-tujuh (langit risalah). Dan
terus menuju puncak ‘sidratul muntaha’.
Setelah sampai di Sidratul
Muntaha, Jibril yang sejak awal menemani Rasul tidak sanggup lagi menemani
rasul ke Sidratul Muntaha. Rasulullah sendiri yang menghadap Allah tanpa
ditemani Jibril. Ini menunjukan bahwa manusiaa lebih tinggi derajatnya daripada
malaikat. Momen perjumpaan Rasul dengan Allah adalah momen melihat kebenaran.
Pada momen inilah lahirnya perintah Sholat untuk umat Nabi Muhammad. Yang
kemudian digambarkan pada sholat adalah seperti Miraj orang beriman. Intinya bahwa
formulasi gerakan dan bacaan sholat syarat makna simbolik perjalanan spiritual
seorang hamba, yang tentunya secara khusus akan di ketengahkan pada tempat dan
kesempatan yang berbeda.
(Intisari dari Pemikiran Muhammad Zuhri, tokoh Sufi dari Sekarjalak, Pati Jawa Tengah)
0 komentar:
Post a Comment