Thursday, September 22, 2016

Idul Fitri, Momen memelihara kesucian diri

Posted by KHUTBAH | 3:36 PM Categories: , , ,
Isi Khutbah

Segala puji bagi Allah tempat bergantung segala harapan, yang senantiasa mendengar setiap doa dan rintihan. Segala puji bagi Allah tempat bersandar bagi yang tak mampu berjalan, Segala puji bagi Allah yang menerangi mereka yang tak mampu memandang, Segala puji bagi Allah yang menemani jiwa yang kesepian, segala puji bagi Allah hanya kepadaMu kami kan kembali pulang.
Ramadhan adalah keberkahan, ramadhan adalah keajaiban; tidak ada jiwa yang sesejuk di bulan lain dibanding bulan ini, tidak ada badan yang lebih sehat kecuali di bulan ini, tidak ada rizki yang melimpah seperti halnya di bulan ini. Sejatinya sangatlah berat berpisah dengan bulan yang penuh rahmah ini. Setelah satu bulan berpuasa, hari ini menjadi hari yang berbahagia penuh suka cita. Karena Inilah momen saat terpenuhinya janji Allah bagi orang-orang yang bertaqwa untuk menghapus semua dosa kembali kita seperti bayi yang baru terlahir kedunia.

اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوْا اِلىَ عِيْدِكُمْ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالىَ: يَا مَلاَئِكَتِى كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ اُجْرَهُ اَنِّى قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُنَادِى مُنَادٌ: يَا اُمَّةَ مُحَمَّدٍ اِرْجِعُوْااِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِى صُمْتُمْ لِى وَاَفْطَرْتُمْ لِى فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ
Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka Allah pun berkata: 'Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal kebajian dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka'. Sesorang kemudian berseru: 'Wahai ummat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah pun berkata: 'Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.

inilaah hakikat kemenangan besar dari sebuah jihad besar, jihad mengendalikan hawa nafsu, nafsu dunia, nafsu amarah yang kerap mengotori hati, jiwa, prilaku, pikiran dan sikap kita. Kini kita kembali kepada fitrah kesucian manusia, kesucian awal kejadian manusia. Dan manusia diperintahkan untuk senantiasa menjaga kesucian dirinya selama hidupnya. Dan Kesucian diri akan tercapai apabila kita mampu menanggalkan hal-hal yang akan mengalangi dan mengotorinya, yaitu kecintaan terhadap dunia melebihi upaya kita mempersiapkan masa depan kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan akhirat. Dan hal ini disimbolkan melalui ibadah puasa satu bulan pada bulan Ramadhan, meninggalkan makan dan minum disiang hari, mengurangi makan di malam hari, tidak berhubungan suami istri disiang hari, menahan syahwat-syahwat dunia yang lainnya, semua itu merupakan symbol kelezatan dunia yang mengganggu dan mendistorsi kesucian hakiki manusia.


Maka Ramadhan memberi kita pelajaran akan keyakinan prinsip hidup bahwa akhiratlah tujuan hidup yang sebenarnya, bahwa Allahlah tempat kita kembali dan abadi. Kehidupan dunia hanya sementara, hanya permainan dan senda gurau belaka, kesenangan yang ada di dalamnya hanyalah patamorgana, segala upaya pencarian kita akan berujung sia-sia. Segala kenikmatan dunia yang kerap kita rasakan hanyalah kesenangan yang menipu, sementara saja, sesaat kemudian akan berlalu, seperti air hujan yang menyuburkan tanaman yang kemudian tanaman itu menjadi kering dan layu.
Allahu Akbar Allahu Akbar

Realita kehidupan dunia yang sejatinya kita jalankan adalah perjuangan penuh pengorbanan. Tidak ada kebahagiaan di dunia kata Imam Ja’far As-Shodiq. Kalaupun ada kesenangan yang kita rasakan, itu hanya keberuntungan, kata Ibu Mas’ud. Bagi prinsip orang beriman, dunia hanya ladang menanam kebaikan, semua harus ditempuh dengan segenap kepayahan dan kesusahan. Kesakitan sudah merupakan fitrah kehidupan di dunia. Maka pantaslah ada ungkapan, dunia surganya bagi orang-orang kafir, dan siksa bagi orang-orang beriman.
Dan sering kali kehidupan ini menampilkan beragam kesulitan dan penderitaan. Demikian memang takdir kehidupan, Tidak akan luput orang beriman dari beragam ujian dan cobaan sepanjang hidupnya أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَيُفْتَنُونَ  , (Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan:”kami beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi). Jiwa dan raga manusia beriman memang sudah tergadaikan di dunia sepanjang hidupnya dan baru akan tergantikan dengan kebahagiaan surga di khirat kelak, إِنَّ اللهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ  (sesunguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang mukmin dengan surga). Maka janganlah bermimpi meraih kebahagiaan dunia, karena yang kita impikan hanyalah patamorgana. Bahkan semua dan anak-anak kita hanyalah perhiasan dunia belaka. Mereka akan pergi meninggalkan kita satu persatu menghadirkan kesepian atau kita yang akan pergi lebih dulu meninggalkan duka nelangsa bagi mereka. Yang abadi menemani hidup kita sampai akhirat hanyalah amal sholeh الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلاً, (Harta dan anak anak- adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih abik untuk menjadi harapan).
Demikian juga halnya dengan kemapanan hidup, prinsip Islam tidak pernah membedakan martabat manusia berdasarkan derajat dan pangkat, kekayaan atau kehormatan, kedudukan dan kemasyuran, melainkan ketaatan dalam melaksanakan perintah-perintah Tuhan dan menjauhkan larangan-laranganNya. Islam justru senantiasa selalu berpihak kepada orang-orang yang yang lemah tidak berdaya dan teraniaya, Islam senantiasa menganggungkan prinsip hidup penuh kebersahajaan dan kesederhanaan. Dalam banyak Hadits Nabi, betapa Nabi Saw begitu memihak kepada orang –orang yang terpingirkan.
“Aku dan seorang wanita yang kulit dan pipinya telah hitam karena terbakar matahari akan berdekatan satu sama lain diakhirat seperti dua jariku, dan ia adalah seorang janda tangguh, yang kulit dan pipinya menghitam karena menghidupi keluarganya”.
Inilah prinsip dan wajah islam yang senantiasa memberikan kemuliaan bagi orang-orang yang terpinggirkan, memberikan harapan untuk mereka yang dalam ketidakberdayaan, memberikan kabar gembira bagi mereka yang dalam kesengsaraan. Perhatikanlah Hadits Nabi Saw:”……kemiskinan mencapai dia yang mencintaiku lebih cepat dari pada arus menyentuh lautan”.
Allahu Akbar Allahu Akbar
Oleh karena Beratnya beban hidup manusia di dunia, maka sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberi nilai manfaat bagi manusia lainnya. Seburuk buruk manusia adalah manusia yang menambah kesuliatan dan penderitaan manusia yang lainnnya. Maka di hari yang berbahagia ini, di momen idul fitri ini marilah kita tingkatkan rasa peduli kita terhadap kesulitan oang lain.
Kita awali dengan menunaikan zakat fitrah sebelum melaksanakan sholat Id tadi, simbol dari penyucian diri dan harta yang kita miliki sebagai sarana kita menjalankan aktifitas hidup ini. Zakat fitrah juga simbol rasa empati dan peduli. Di mana seorang muslim tidak akan acuh terhadap saudaranya dalam kesusahan; seorang muslim tidak akan membiarkan tetangganya menahan rasa lapar. Seorang muslim adalah air yang mengalir, yang selalu bergerak ke bawah, senantiasa memberikan kesejukan dan penghidupan kepada siapa saja yang dilewatinya.

Demikian juga halnya dengan tradisi silaturahim yang sangat hebat di hari raya ini. Sebaiknya kita maknai silaturahmi dengan pengertian yang lebih luas dan dalam. Silaturahim sekedar saling kunjung mengunjungi, saling berjabat tangan disertai kata maaf, akan lebih bermakna lagi apabila kita mampu melihat kekurangan saudara-saudara kita dan apa yang dapat kita berikan mengurangi penderitaannya. Apabila kita jumpai saudara kita sedang sakit, dapatkah kita memberikan obat untuknya, apabila saudara kita kekurangan memenuhi kebutuhan hidupnya, seberapa besar kita dapat meringankannya.

Demikian sejatinya makna silaturrahim, menyambung kasih sayang, kasih sayang yang diwujudkan dengan rasa empati dan kepedulian. Hal mana juga yang menjadi inti ajaran para waliyullah. Empat pokok ajaran sunan drajat. antara lain: paringono taken marang kang kaluyon lan wuta, paringono pangan marang kang kaliren, paringono sandang marang kang kawudan, paringono payung kang kodanan. Adapun maksud keempat ajaran tersebut, yakni memberikan tongkat kepada orang buta, memberikan makan kepada yang kelaparan. memberikan pakaian kepada yang telanjang, dan memberikan payung kepada yang kehujanan.  Demikianlah yang menjadi misi nabi saw. wa maa arsalnaaka illa rahmatallil’alamiin, dan tidak Ku utus engkau Muhammad kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam. Dan sebagaimana juga sabda Nabi saw: irhamuu maa fil ardhi wa sayarhamu man fii assamaa-sayangilah apa yang ada di bumi niscaya apa yang ada di langit akan menyayangimu.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa dapat memelihara kesucian diri dengan pengorbanan kesenangan diri disertai semangat berbagi yang tinggi agar dunia tetap lestari. Amiin ya rabbal alamin.

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube