Isi Khutbah
inilaah hakikat kemenangan besar dari sebuah jihad besar, jihad mengendalikan hawa nafsu, nafsu dunia, nafsu amarah yang kerap mengotori hati, jiwa, prilaku, pikiran dan sikap kita. Kini kita kembali kepada fitrah kesucian manusia, kesucian awal kejadian manusia. Dan manusia diperintahkan untuk senantiasa menjaga kesucian dirinya selama hidupnya. Dan Kesucian diri akan tercapai apabila kita mampu menanggalkan hal-hal yang akan mengalangi dan mengotorinya, yaitu kecintaan terhadap dunia melebihi upaya kita mempersiapkan masa depan kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan akhirat. Dan hal ini disimbolkan melalui ibadah puasa satu bulan pada bulan Ramadhan, meninggalkan makan dan minum disiang hari, mengurangi makan di malam hari, tidak berhubungan suami istri disiang hari, menahan syahwat-syahwat dunia yang lainnya, semua itu merupakan symbol kelezatan dunia yang mengganggu dan mendistorsi kesucian hakiki manusia.
Segala puji bagi
Allah tempat bergantung segala harapan, yang senantiasa mendengar setiap doa
dan rintihan. Segala puji bagi Allah tempat bersandar bagi yang tak mampu
berjalan, Segala puji bagi Allah yang menerangi mereka yang tak mampu
memandang, Segala puji bagi Allah yang menemani jiwa yang kesepian, segala puji
bagi Allah hanya kepadaMu kami kan kembali pulang.
Ramadhan adalah
keberkahan, ramadhan adalah keajaiban; tidak ada jiwa yang sesejuk di bulan
lain dibanding bulan ini, tidak ada badan yang lebih sehat kecuali di bulan
ini, tidak ada rizki yang melimpah seperti halnya di bulan ini. Sejatinya
sangatlah berat berpisah dengan bulan yang penuh rahmah ini. Setelah satu bulan
berpuasa, hari ini menjadi hari yang berbahagia penuh suka cita. Karena Inilah
momen saat terpenuhinya janji Allah bagi orang-orang yang bertaqwa untuk
menghapus semua dosa kembali kita seperti bayi yang baru terlahir kedunia.
اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ
وَخَرَجُوْا اِلىَ عِيْدِكُمْ يَقُوْلُ اللهُ
تَعَالىَ: يَا مَلاَئِكَتِى كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ اُجْرَهُ اَنِّى
قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُنَادِى مُنَادٌ: يَا اُمَّةَ مُحَمَّدٍ
اِرْجِعُوْااِلَى مَنَازِلِكُمْ قَدْ بَدَلْتُ سَيِّئَاتِكُمْ حَسَنَاتٍ
فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَا عِبَادِى صُمْتُمْ لِى وَاَفْطَرْتُمْ لِى
فَقُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ
Artinya: “Apabila mereka berpuasa di
bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya kamu sekalian maka
Allah pun berkata: 'Wahai Malaikatku, setiap orang yang mengerjakan amal
kebajian dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka'. Sesorang
kemudian berseru: 'Wahai ummat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian.
Seluruh keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah pun
berkata: 'Wahai hambaku, kalian telah berpuasa untukku dan berbuka untukku.
Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapatkan ampunan.
inilaah hakikat kemenangan besar dari sebuah jihad besar, jihad mengendalikan hawa nafsu, nafsu dunia, nafsu amarah yang kerap mengotori hati, jiwa, prilaku, pikiran dan sikap kita. Kini kita kembali kepada fitrah kesucian manusia, kesucian awal kejadian manusia. Dan manusia diperintahkan untuk senantiasa menjaga kesucian dirinya selama hidupnya. Dan Kesucian diri akan tercapai apabila kita mampu menanggalkan hal-hal yang akan mengalangi dan mengotorinya, yaitu kecintaan terhadap dunia melebihi upaya kita mempersiapkan masa depan kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan akhirat. Dan hal ini disimbolkan melalui ibadah puasa satu bulan pada bulan Ramadhan, meninggalkan makan dan minum disiang hari, mengurangi makan di malam hari, tidak berhubungan suami istri disiang hari, menahan syahwat-syahwat dunia yang lainnya, semua itu merupakan symbol kelezatan dunia yang mengganggu dan mendistorsi kesucian hakiki manusia.
Maka Ramadhan
memberi kita pelajaran akan keyakinan prinsip hidup bahwa akhiratlah tujuan
hidup yang sebenarnya, bahwa Allahlah tempat kita kembali dan abadi. Kehidupan
dunia hanya sementara, hanya permainan dan senda gurau belaka, kesenangan yang
ada di dalamnya hanyalah patamorgana, segala upaya pencarian kita akan berujung
sia-sia. Segala kenikmatan dunia yang kerap kita rasakan hanyalah kesenangan
yang menipu, sementara saja, sesaat kemudian akan berlalu, seperti air hujan
yang menyuburkan tanaman yang kemudian tanaman itu menjadi kering dan layu.
Allahu
Akbar Allahu Akbar
Realita kehidupan
dunia yang sejatinya kita jalankan adalah perjuangan penuh pengorbanan. Tidak
ada kebahagiaan di dunia kata Imam Ja’far As-Shodiq. Kalaupun ada kesenangan
yang kita rasakan, itu hanya keberuntungan, kata Ibu Mas’ud. Bagi prinsip orang
beriman, dunia hanya ladang menanam kebaikan, semua harus ditempuh dengan
segenap kepayahan dan kesusahan. Kesakitan sudah merupakan fitrah kehidupan di
dunia. Maka pantaslah ada ungkapan, dunia surganya bagi orang-orang kafir, dan
siksa bagi orang-orang beriman.
Dan sering kali
kehidupan ini menampilkan beragam kesulitan dan penderitaan. Demikian memang
takdir kehidupan, Tidak akan luput orang beriman dari beragam ujian dan cobaan
sepanjang hidupnya أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا
ءَامَنَّا وَهُمْ لاَيُفْتَنُونَ , (Apakah manusia
mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan:”kami beriman”, sedang mereka
tidak diuji lagi). Jiwa dan raga manusia beriman memang sudah tergadaikan
di dunia sepanjang hidupnya dan baru akan tergantikan dengan kebahagiaan surga
di khirat kelak, إِنَّ اللهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ (sesunguhnya Allah telah membeli diri dan
harta orang-orang mukmin dengan surga). Maka janganlah bermimpi meraih kebahagiaan
dunia, karena yang kita impikan hanyalah patamorgana. Bahkan semua dan
anak-anak kita hanyalah perhiasan dunia belaka. Mereka akan pergi meninggalkan
kita satu persatu menghadirkan kesepian atau kita yang akan pergi lebih dulu
meninggalkan duka nelangsa bagi mereka. Yang abadi menemani hidup kita sampai
akhirat hanyalah amal sholeh الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ
أَمَلاً, (Harta dan anak anak-
adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh
adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih abik untuk menjadi
harapan).
Demikian juga
halnya dengan kemapanan hidup, prinsip Islam tidak pernah membedakan martabat
manusia berdasarkan derajat dan pangkat, kekayaan atau kehormatan, kedudukan
dan kemasyuran, melainkan ketaatan dalam melaksanakan perintah-perintah Tuhan
dan menjauhkan larangan-laranganNya. Islam justru senantiasa selalu berpihak
kepada orang-orang yang yang lemah tidak berdaya dan teraniaya, Islam
senantiasa menganggungkan prinsip hidup penuh kebersahajaan dan kesederhanaan.
Dalam banyak Hadits Nabi, betapa Nabi Saw begitu memihak kepada orang –orang
yang terpingirkan.
“Aku dan seorang
wanita yang kulit dan pipinya telah hitam karena terbakar matahari akan
berdekatan satu sama lain diakhirat seperti dua jariku, dan ia adalah seorang
janda tangguh, yang kulit dan pipinya menghitam karena menghidupi keluarganya”.
Inilah prinsip dan
wajah islam yang senantiasa memberikan kemuliaan bagi orang-orang yang
terpinggirkan, memberikan harapan untuk mereka yang dalam ketidakberdayaan,
memberikan kabar gembira bagi mereka yang dalam kesengsaraan. Perhatikanlah
Hadits Nabi Saw:”……kemiskinan mencapai dia yang mencintaiku lebih cepat dari
pada arus menyentuh lautan”.
Allahu Akbar Allahu
Akbar
Oleh karena
Beratnya beban hidup manusia di dunia, maka sebaik-baik manusia adalah yang
dapat memberi nilai manfaat bagi manusia lainnya. Seburuk buruk manusia adalah
manusia yang menambah kesuliatan dan penderitaan manusia yang lainnnya. Maka di
hari yang berbahagia ini, di momen idul fitri ini marilah kita tingkatkan rasa
peduli kita terhadap kesulitan oang lain.
Kita awali
dengan menunaikan zakat fitrah sebelum melaksanakan sholat Id tadi, simbol dari
penyucian diri dan harta yang kita miliki sebagai sarana kita menjalankan
aktifitas hidup ini. Zakat fitrah juga simbol rasa empati dan peduli. Di mana
seorang muslim tidak akan acuh terhadap saudaranya dalam kesusahan; seorang
muslim tidak akan membiarkan tetangganya menahan rasa lapar. Seorang muslim
adalah air yang mengalir, yang selalu bergerak ke bawah, senantiasa memberikan
kesejukan dan penghidupan kepada siapa saja yang dilewatinya.
Demikian juga
halnya dengan tradisi silaturahim yang sangat hebat di hari raya ini. Sebaiknya
kita maknai silaturahmi dengan pengertian yang lebih luas dan dalam. Silaturahim sekedar saling kunjung
mengunjungi, saling berjabat tangan disertai kata maaf, akan lebih bermakna
lagi apabila kita mampu melihat kekurangan saudara-saudara kita dan apa yang
dapat kita berikan mengurangi penderitaannya. Apabila kita jumpai saudara kita
sedang sakit, dapatkah kita memberikan obat untuknya, apabila saudara kita
kekurangan memenuhi kebutuhan hidupnya, seberapa besar kita dapat
meringankannya.
Demikian sejatinya
makna silaturrahim, menyambung kasih sayang, kasih sayang yang diwujudkan
dengan rasa empati dan kepedulian. Hal mana juga yang menjadi inti ajaran para
waliyullah. Empat
pokok ajaran sunan drajat. antara lain: paringono taken marang kang kaluyon lan wuta, paringono pangan marang kang kaliren, paringono
sandang marang kang kawudan, paringono payung kang kodanan. Adapun
maksud keempat ajaran tersebut, yakni memberikan tongkat kepada orang buta,
memberikan makan kepada yang kelaparan. memberikan pakaian kepada yang
telanjang, dan memberikan payung kepada yang kehujanan. Demikianlah yang menjadi misi nabi saw. wa
maa arsalnaaka illa rahmatallil’alamiin, dan tidak Ku utus engkau Muhammad
kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam. Dan sebagaimana
juga sabda Nabi saw: irhamuu maa fil ardhi wa sayarhamu man fii assamaa-sayangilah
apa yang ada di bumi niscaya apa yang ada di langit akan menyayangimu.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa dapat
memelihara kesucian diri dengan pengorbanan kesenangan diri disertai semangat
berbagi yang tinggi agar dunia tetap lestari. Amiin ya rabbal alamin.
0 komentar:
Post a Comment