Friday, February 17, 2017

Isi Khutbah
Tentram dalam keragaman. Takdir  hidup manusia adalah dalam keragaman; Beragam suku,bangsa, budaya, bahasa, ras atau agama. Bahkan yang satu suku, satu bangsa, satu agamapun masih beragam pandangan, pikiran dan pilihan politiknya. Keragaman latar belakang dan pandangan atau pemikiran manusia ini sudah merupakan kehendak Allah Swt. FirmanNya dalam Q.S. Al-Maidah ayat 48
وَلَوْ شَآءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَآءَاتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukannya semua kepadamu apa yang kamu perselisihkan itu.

Dalam Q.S. Al-Hujarat ayat 13 Allah lebih menegaskan akan perbedaan beragam asal kejadian dan latar belakang manusia yang tidak dijadikan ukuran dari keutamaan dan kemuliaannya.
يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal

Jamaah Sholat Jum’at yang dirahmati Allah

Membaca dari dua firman Allah tersebut, khatib dapat memetik dua kesimpulan dari tujuan diciptakannya manusia dalam keragaman. Pertama, dengan keragaman, Allah hendak mejadikan manusia berlomba-lomba dalam berbuat baik. Bahwa ukuran keutamaan manusia ditentukan dari ketaqwaannya, dari sejauh mana ia dapat memberikan kemaslahatan bagi orang lain, bukan malah berbangga-bangga dan sombong dengan latar belakangnya dari mana ia berasal.
Rasullah bersabda :
Bukan golongan kami orang-orang yang membangga-banggakan kesukuan, dan bukan golongan kami orang orang yang mati karena membela, mempertahankan atau memperjuangkan kesukuan.

Kedua, dengan keragaman, Allah menghendaki agar manusia saling kenal-mengenal satu sama lain, saling memberikan penghargaan, saling menghormatinya, saling memuliakannya, bulan sebaliknya karena berbeda, manusia saling merendahkan, menghina atau mecemooh. Ingatlah dengan sabda Nabi betapa Islam sangat memuliakan eksistensi manusia menyangkut diri, kehormatan, dan apa yang menjadi milikinya.

إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا ... رواه مسلم
Sesungguhnya darah dan harta kalian adalah haram bagi sesama kalian. Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini di negeri kalian ini….

Dalam firman Allah yang lain, Allah melarang manusia untuk saling menghina satu golongan terhadap golongan yang lainnya. Q.S Al-Hujarat ayat 11:
يَاأّيُّهَا الّذِينَ ءَامَنُوا لاَيَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلاَنِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلاَتَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلاَتَنَابَزُوا بِاْلأَلْقَابِ بِئْسَ اْلإِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ اْلإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Jamaah Sholat Jum’at yang dirahmati Allah

Sejatinya memang kita harus melihat teladan Rasul dalam mensikapi keragaman dan perbedaan ditengah-tengah umatnya. Sejak awal dakwahnya di Madinah, Nabi Saw harus berhadapan dengan suku Aus dan Khajraj yang suka berperang. Upaya Nabi Saw mendamaikan kedua suku yang sedang bertikai itu disamping tentunya dengan akhlak beliau, juga dengan mengajarkan prinsip Islam. Nabi tidak memandang keistimewaan golongan atau suku, akan tetapi Nabi mengedepankan persamaan hak, tidak saling merampas hak orang lain dan saling tolong menolong.

Adalah juga Nabi Saw. berhadapan dengan golongan yang berbeda keyakinan, berbeda agama, dalam hal ini adalah golongan Yahudi Madinah. Nabi Saw menerapkan kebebasan menjalankan syariat agama mereka, serta memberikan tanggung jawab yang sama dalam kewajibannya memelihara persatuan, dan menjaga Negara dari ancaman pihak luar.

Nabi saw selalu menuangkannya dalam bentuk perjanjian. Hal mana dalam sistem pemerintahan modern bisa jadi apa yang disebut dengan konstitusi atau perundang-undangan yang berlaku pada suatu Negara. Dan syarat mutlak lahirnya ketentraman dalam keragaman adalah kedisiplinan warganya dalam tunduk dan menjalankan segenap tata tertib dan aturan yang telah ditetapkan. Inilah yang dewasai ini apa yang kita namakan Negara berlandaskan hukum.

Oleh karena itu, Islam menjadikan ketaatan kepada ulil amri atau pemerintah bagian juga dari ketaatan kepada Allah dan RasulNya.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِى اْلأَمْرِ مِنكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu.. (QS. 4:59)

Dalam Sebuah hadits Rasulullah juga dikatakan bahwa Allah meridhai orang yang mentaati ulil amri atau pemerintah

sesungguhnya Allah meridhoi kamu dalam tiga perkara, meridhoi kamu menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun; kamu berpegang teguh pada tali (agama) Allah dan tidak bercerai berai; dan kamu mengikhlaskan kecintaanmu terhadap orang yang diberi kekuasaan oleh Allah atau urusanmu. Dia membencimu dalam tiga perkara, yaitu cerita dari mulut ke mulut; terlalu banyak meminta; dan menyia-nyiakan harta”. (HR. Muslim)

Jamaah Sholat Jum’at yang dirahmati Allah

Yang ingin khatib garis bawahi di sini adalah bahwa keragaman meniscayakan pengakuan akan eksistensi pada sesama yang untuk dijunjung tinggi. Keragaman akan melahirkan sikap saling pengertian, keragaman akan melahirkan rasa tanggung jawab menjaga keutuhan, Keragaman justru semakin menumbuhkan kesadaran kita untuk bersatu dan bersaudara.

0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube