Isi Khutbah
Kemuliaan Rajab; Momentum Menanam Kebaikan. Islam datang tidak untuk seluruhnya menolak tradisi masyarakat setempat sebelumnya. Dalam hal ini masyarakat Arab Jahiliyah. Ada beberapa tradisi pada masa Jahiliyah yang terus langgeng menjadi syariat Islam sampai kini. Contohnya adalah ritual dalam ibadah haji seperti sai dan thawaf, sudah ada sejak zaman Jahiliyah. Ada beberapa lagi dalam ranah hukum Islam yang merupakan hasil dari adopsi tradisi hukum masyarakat Jahiliyah, seperti diyah, qosamah, qirad, memasang qiswah ka’bah dan lain sebagainya. Dan demikianlah Islam yang ajarannya sebagai pedoman universal melampaui batas-batas segala bangsa dan budaya. Kehadirannya bukan sebagai penghapus, tapi sebagai penyempurna ajaran-ajaran sebelumnya yang baik. Dan kehadiran Sang Nabinya sebagai penyempurna perilaku dan budi pekerti.
Kemuliaan Rajab; Momentum Menanam Kebaikan. Islam datang tidak untuk seluruhnya menolak tradisi masyarakat setempat sebelumnya. Dalam hal ini masyarakat Arab Jahiliyah. Ada beberapa tradisi pada masa Jahiliyah yang terus langgeng menjadi syariat Islam sampai kini. Contohnya adalah ritual dalam ibadah haji seperti sai dan thawaf, sudah ada sejak zaman Jahiliyah. Ada beberapa lagi dalam ranah hukum Islam yang merupakan hasil dari adopsi tradisi hukum masyarakat Jahiliyah, seperti diyah, qosamah, qirad, memasang qiswah ka’bah dan lain sebagainya. Dan demikianlah Islam yang ajarannya sebagai pedoman universal melampaui batas-batas segala bangsa dan budaya. Kehadirannya bukan sebagai penghapus, tapi sebagai penyempurna ajaran-ajaran sebelumnya yang baik. Dan kehadiran Sang Nabinya sebagai penyempurna perilaku dan budi pekerti.
Salah satunya yang akan diketengahkan di sini adalah kepercayaan masyarakat Jahiliyah yang masih lestari menjadi syariat Islam yakni kepercayaan adanya bulan-bulan haram (bulan-bulan terlarang). Ada 4 bulan haram dalam dua belas bulan tahun Hijriah, sebagaimana dalam firman Allah:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتَابِ
اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّماَوَاتِ وَاْلأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّيْنُ
الْقَيِّمُ فَلاَتَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً
كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat
bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya
diri dalam bulan yang empat itu,dan perangilah musyrikin itu semuanya
sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta
orang-orang yang bertaqwa. (QS. 9:36)
Mengenai hal ini, keterangan
hadits Rasulullah lebih menjelaskan lebih detil yang termasuk bulan-bulan haram
tersebut.
الزَّمَانُ
قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ
اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ
ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى
بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan
langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat
bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah
dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara
Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”
(HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)
Lalu
mengapa bulan-bulan tersebut dinamakan bulan haram atau bulan yang
terlarang? Apa yang haram atau terlarang pada bulan-bulan tersebut? Al Qodhi
Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, “Dinamakan bulan haram karena dua
makna.
Pertama, pada
bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun
meyakini demikian. Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan
perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya
bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan
amalan ketaatan.” (Lihat Zaadul Maysir, tafsir surat At Taubah ayat 36).
Ibnu
‘Abbas mengatakan, “Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan
haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut
dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala
yang lebih banyak.” (Latho-if Al Ma’arif, 207)
Karena
pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan,
sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram.
Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang
berpuasa di dalamnya.” (Latho-if Al Ma’arif, 214).
Jamaah
Sholat Jumat yang dirahmati Allah
Terkhusus
saat ini kita tengah berada pada bulan Rajab, salah satu bulan yang dimuliakan.
Mengenai kemuliaannya tesirat dalam hadits Rasulullah Saw, “Rajab adalah
bulannya Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku”. Dalam
hadits ini dikatakan bahwa Rajab adalah bulannya Allah. Tidaklah sesuatu itu
disandarkan kepada Allah, melainkan dia sangat mulia di sisi Allah, dan di
dalamnya tersimpan rahasia dan keberkahan Allah.
Terkait
dengan anjuran banyak beramal sholeh pada bulan Rajab ini, sebagian ulama
mengatakan bahwa Rajab adalah sebagai bulan menanam benih, Sya’ban bulan untuk
menyiraminya, dan Ramadhan bulan untuk memetik hasil dari apa yang sudah kita
tanam dan rawat selama Rajab dan Sya’ban. Ada juga yang mengatakan Rajab adalah
bulan istigfar, bulan di mana kita lebih memperbanyak memohon ampun kepada
Allah. Sebagaimana diajarkan dalam hadits Nabi untuk senantiasa mengamalkan doa
berikut pada setiap pagi dan sore. ربي اغفرلي وارحمني و تب علي “ya Allah ampunilah
aku, kasihililah aku dan terimalah tobatku”.
Jamaah
Sholat Jumat yang dirahmati Allah.
Ada
yang menarik lainnya dalam memahami empat bulan haram ini ditinjau dari ilmu
pengetahuan modern. Nazwar Syamsu, seorang cendikiawan Indonesia era 80-an mencoba mengkorelasikan antara penetapan
empat bulan haram ini dengan Sains
modern. Dalam salah satu seri bukunya “Tauhid dan Logika” yang berjudul
“Al-Qur’an tentang Shalat, Puasa dan Waktu”, Nazwar Syamsu menulis bila
ke empat bulan tersebut berkaitan dengan posisi bumi terhadap matahari.
Sebagaimana kita ketahui dalam revolusi bumi-perputaran bumi mengelilingi
matahari, orbit bumi terhadap matahari
memiliki apa yang dinakamakan titik Aphelion (titik terdekat bumi) dan
titik Perihelion (titik terjauh bumi) dari matahari.
Sewaktu
Bumi berada pada titik perihelion ini, gaya tarik-menariknya sangatlah kuat
terhadap matahari sehingga ketika itu gelombang laut tampak lebih besar
daripada biasanya (pasang). Keadaan bumi pada fase ini adalah serius sekali,
dan ini terjadinya pada bulan Muharram. Setelah itu bumi mulai melayang
lambat dan paling lambat sewaktu berada di titik Aphelionnya yaitu bulan Rajab.
Setelah itu Bumi kembali melayang cepat karena ditarik oleh gravitasi matahari
pada bulan kesebelas dan dua belas, yaitu Dzulqaidah dan Dzulhijjah.
Itulah
sebabnya mengapa Muharram, Rajab, Zulkaidah, dan Zulhijjah dinamakan empat
bulan terlarang di dalam al-Qur’an. Pada bulan-bulan tersebut bumi sedang
mengalami tarikan kuat dan tarikan lemahnya pada matahari sehingga manusia yang
ada di bumi bagaikan diberi peringatan tentang kekuasaan dan kasih sayang Allah
terhadap manusia. Andai Dia mau, sangatlah mudah sekali untuk melepaskan bumi
ini dari garis orbitnya sehingga terhisap oleh matahari, hanya karena kasih sayang-Nya
lah, maka semua tetap berjalan dengan dalam orbitnya.
Sesungguhnya
Allah menahan langit (planet-planet) dan bumi supaya jangan lenyap (lepas dari
orbitnya). Dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang
dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun
lagi Maha Pengampun. (QS Faathir (35) :41).
Jamaah
Sholat Jumat yang dirahmati Allah
Sejatinya
memang pada bulan Rajab ini kita lebih berkhidmat akan kasih sayang Allah
kepada kita umat manusia dengan lebih memaknai dan menebar kasih sayang kepada
sesama saudara kita. Namun yang justru kita saksikan diberbagai belahan dunia,
permusuhan dan kebencian antar sesama manusia pada bulan ini sedang memanas.
Konflik timur tengah khususnya, tragedi Suriah ataupun Irak membuat dada ini
ciut dan panas. Kita hanya bisa menyampaikan keprihatinan yang mendalam
disertai doa tentunya terhadap mereka khususnya anak-anak yang tak berdosa yang
menjadi korban politik, korban perang, korban perebutan tahta kekuasaan.
Siapapun yang memantik api permusuhan ini, adalah kejahatan. Ini adalah
penghiatan, penghiatan terhadap kemanusiaan. Penghiatan karena mengangkangi
pesan-pesan suci Tuhan dengan mengotori bulan yang penuh rahmat ini dengan
darah dan puing-puing permusuhan. فَلاَتَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ أَنْفُسَكُمْ, janganlah
berbuat dzolim (aniaya) di bulan-bulan yang harusnya kita muliakan ini.
Dan
kita harapkan, api-api kebencian ini tidak menular pada negeri kita tercinta
Indonesia ini. Negeri yang beragam aneka golongan dan tentunya beragam
kepentingan sangat berpotensi untuk terjadinya gesekan. Namun dengan semangat persaudaraan
dan persatuan, dengan penuh kesadaran mengutamakan perdamaian semoga kita dapat
melewati segala macam ujian yang akan memecah belah keutuhan bangsa ini.
Baru
saja kita tengah berada dalam perang pikiran dan pandangan yang tajam karena
perbedaan pilihan potilik. Ujaran kebencian, provokasi dan propaganda mewarnai
timeline-timeline lini masa kita. Semoga itu semua hanya sebatas perang
pendapat, tidak mengarah kepada hal yang lebih jauh berupa benturan fisik.
Buang jauh-jauh nafsu dan ego pribadi untuk merasa menang dan benar sendiri.
Mari berdiskusi bukan memprovokasi, kedepankan argument bukan sentiment. Hendaknya
juga kita selalu waspada kepada
pihak-pihak ketiga yang akan memanfaatkan situasi seperti ini, memanacing di
air keruh, mengadu domba kita.
Semoga
dengan kemuliaan bulan Rajab ini, Allah senantiasa curahkan rahmatNya, kasih
sayangnya, semakin kita dapat memetik rahasia dan barakahNya. Amiin ya rabbal
alamiin.
0 komentar:
Post a Comment