Isi Khutbah
Konon malaikat Jibril as. datang kepada Nabi Adam as. menyampaikan bahwa dia diperintahkan Tuhan agar Adam as. memilih salah satu dari tiga pilihan yang disodorkan; otoritas akal, agama dan rasa malu. Maka Adam as. memilih akal. Jibril as. pun menyatakan kepada rasa malu dan agama agar kembali. Tetapi keduanya berkata: “Kami diperintahkan Allah untuk selalu bersama akal, dimanapun dia berada, karena itu kami tidak akan pergi”.
Konon malaikat Jibril as. datang kepada Nabi Adam as. menyampaikan bahwa dia diperintahkan Tuhan agar Adam as. memilih salah satu dari tiga pilihan yang disodorkan; otoritas akal, agama dan rasa malu. Maka Adam as. memilih akal. Jibril as. pun menyatakan kepada rasa malu dan agama agar kembali. Tetapi keduanya berkata: “Kami diperintahkan Allah untuk selalu bersama akal, dimanapun dia berada, karena itu kami tidak akan pergi”.
Dari
riwayat yang dinisbahkan kepada Sayyidina Ali ra. tersebut saya menyimpulkan
bahwa cukup bagi Allah memberikan tiga instrument; akal, agama, dan rasa malu
kepada manusia sebagai alat dalam menjalani tuntunan hidupnya yang benar. Sudah
merupakan ketetapan Allahlah melengkapi manusia dengan ketiga instrument
tersebut dan pun sudah menjadi takdir Allahlah menjadikan ketiga instrument
tersebut dalam kadar atau potensinya masing-masing yang saling melengkapi dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam mencapai tujuan abadi hidup
manusia.
Kekuatan
akal manusia sungguh luar biasa. Akal lah yang menjadikan manusia menjadi
makhluk istimewa diantara makhluk-makhluk Allah yang lainnya. Dengan akal
manusia dapat membedakan yang benar dan buruk, yang berguna dan yang tidak
berguna baginya. Dengan akal manusia dapat mengekang hawa nafsunya yang setiap
saat akan menjerumuskannya dalam kehinaan. Dengan akal manusia beranjak dewasa
dalam fisik dan kehalusan budi pekertinya. Dengan akal manusia memperkaya diri
dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan sebagai jalan mempermudah dan
mengatasi berbagai persoalan hidupnya.
Dengan
kapasitasnya yang mengagumkan, memiliki 150 milyar sel dalam otak, memiliki
kecepatan melebihi kecepatan cahaya, mampu menyimpan lebih dari 2 juta
informasi dalam satu detik. Sungguh gambaran ini menunjukan kesungguhan Allah
menjadikan manusia dalam bentuk yang paling sempurna (QS. At-tin : 4) untuk
menjadikan manusia mengemban tugas yang sungguh berat menjadi wakil Tuhan di
bumi dalam memenej hidup dan kehidupan.
Jamaah
sholat Jum’at yang berbahagia
Maka
setelah Tuhan, dengan kapasitas akal dan agamanya, manusialah yang berkehendak
menentukan arah hidupnya. Dengan QudrahNya, Allah sudah membekali manusia
qudrah (potensi) dan petunjuk untuk mandiri.
الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى وَالَّذِي
قَدَّرَ فَهَدَى
yang menciptakan,dan
menyempurnakan (penciptaan-Nya).)dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan
memberi petunjuk. (QS. 87:3)
Bila
Allah memberikan potensi kepada burung untuk terbang dengan instingnya, maka
halnya dengan manusia Allah menganugerahkan akal untuk bertindak dan agama
sebagai rambu-rambu jalannya.
Manusia
kemudian menjadi kepanjangan tangan dari tangan tuhan (dia adalah
khalifah-wakil Allah di bumi). Maka tidak ada persoalan hidup yang diluar
kehendak dan kendali manusia. Dan segenap baik-buruk yang menjadi
konsekuensinya menjadi tanggung jawab kita manusia. Maka takdir hidup adalah
memilih. Dan tidak ada lagi keberatan manusia atas garis nasibnya saat ini,
karena bagaimanapun itu merupakan pilihan hidupnya kemarin. Dan tidak ada lagi
rasa penyesalan dan putus asa pada manusia, karena segenap keburukannya adalah
konsekuensi dari tindakannya sebelumnya. Dan tidak ada lagi mentalitas fatalisme-yang
menyerahkan nasib hidup sepenuhnya ditangan Allah, pasrah terhadap keadaan
tanpa kita berbuat melakukan sesuatu.
Adalah
sebuah sikap kehendak memilih sebagaimana dicontohkan oleh syyidina umar ra.
Ketika beliau membatalkan kunjungannya ke suatu negeri yang sedang terjangkit
wabah. Seorang sahabat menggugat
tindakan umar yang menyalahi takdir Allah atas pilihannya itu. Namun Umar
menegaskan ia memilih takdir Allah yang satu terhadap takdir Allah yang
lainnya. Demikian juga sikap Ali ra. Yang hampir celaka oleh niat jahat kaum
kafir yang ingin menjatuhkan batu kepadanya. Seseorang memberitahukan
kepadanya, lalu ia menghindar.
Ilustrasi
di atas menunjukan kepada kita betapa kita tidak bisa menyangkal akan kuasa
Allah memberikan otoritas akal kepada manusia begitu besarnya. Maka tidak ada
keburukan yang kita serahkan kepada suratan takdir. Dan Allah menegaskan dalam
hal ini bahwa tidak berbuat kezaliman sedikitpun terhadap hambaNya. Akan tetapi
manusialah yang sering lalai dan tidak menggunakan akalnya.
Jamaah
Sholat Jum’at yang berbahagia
Manusia
bertanggung jawab terhadap hasil pilihannya sendiri
وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ
فَمَن شَآءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَآءَ فَلْيَكْفُر
Dan
katakanlah:"Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir".
Allah sudah
memberikan pilihan jalan yang lurus, tinggal manusia kearah mana ia akan
menempuh
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ
إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
Sesungguhnya Kami telah
menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS.
76:3)
Demikianlah
manusia dengan taqdir akalnya, akan menentukan sendiri takdir hidupnya
selanjutnya.
Berikut
adalah ungkapan bebarapa orang bijak mengeni hal ini :
Kekuatan
dalam hidup adalah kekuatan memilih (Confusius)
Prinsip
perkembangan paling kuat terdapat dalam memilih (George Elliot)
Pilihan
yang menentukan kehidupan kita, bukan keadaan (Bernard Shaw)
Pilihan
anda saat ini adalah awal kehidupan anda yang baru (Einstein)
Demikianlah
Allah akan menyerahkan masa depan dunia ini kepada kaum berakal. Betapa Allah
sangat mengapresiasi orang-orang yang menggunakkan akalnya dan sebaliknya Allah
menghinakan orang-orang yang tidak menggunakan akalnya, berikut adalah petikan
beberapa ayat al-Qur’an :
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَآءَ
الَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ اْلأَخِرَةَ وَيَرْجُوا رَحْمَةَ رَبِّهِ
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَيَعْلَمُونَ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُولُوا اْلأَلْبَابِ
(Apakah kamu hai orang musyrik
yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan
sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Rabbnya Katakanlah:"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran. (QS. 39:9)
وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي
يَنْعِقُ بِمَا لاَ يَسْمَعُ إِلاَّ دُعَآءً وَنِدَآءً صُمُّ بُكْمٌ عُمْىُُ
فَهُمْ لاَيَعْقِلُونَ
Dan
perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala
yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja.
Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (QS.
2:171
إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللهِ
الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لاَيَعْقِلُونَ
Sesungguhnya binatang (mahluk)
yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli
yang tidak mengerti apa-apapun. (QS. 8:22)
Jamaah
sholat Jum’at yang berbahagia
Semoga
kita termasuk orang-orang yang dapat memaksimalkan potensi akal dengan
sepenuhnya. Sehingga upaya kita memenej dunia sesuai dengan kehendak Allah
mengatur alam raya ini. Semoga Allah senantiasa membimbing dalam menentukan pilihan-pilihan hidup yang
diridai Allah swt.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ الّذِىْ اَكْرَمَ مَنِ اتَّقَى بِمَحَبَّتِهِ, وَاَوْعَدَ مَنْ خَالَفَهُ بِغَضَبِهِ وَعَذَابِهِ, اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَنَّ سَيْدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَرْسَلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ وَخَيْرِ خَلْقِهِ, وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِى سَبِيْلِهِ. اما بعد : فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ الّذِىْ اَكْرَمَ مَنِ اتَّقَى بِمَحَبَّتِهِ, وَاَوْعَدَ مَنْ خَالَفَهُ بِغَضَبِهِ وَعَذَابِهِ, اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَنَّ سَيْدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَرْسَلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلى الدِّيْنِ كُلِّهِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ وَخَيْرِ خَلْقِهِ, وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِى سَبِيْلِهِ. اما بعد : فَيَااَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى اَمَرَنَا بِالاتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ
بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَّ ِالهَ ِالاَّ للهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ اِيَّاهُ نَعْبُدُ وَاِيَّاهُ نَسْتَعِيْنَ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمّدً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ. اَلّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ علَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا
بَعْدُ : فَيَا عِبَادَالله اِتَّقُ اللهَ تَعَالَى رَبَّ الْعَالمَِيْنَ. وَسَارِعُوْ
اِلى مَغْفِرَةِ اللهِ الْكَرِيْمِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَلَى
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ فَقَالَى
فِى كِتَابِهِ الْعَزِيْز. اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتِهِ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَلّلهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلاْحْيَاءِ
مِنْهُمُ اْلاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُّجِيْبُ الدَّعْوَاتِ رَبَّنَا
اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَهً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَالله, اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَلاِْحْسَانَ وَاِيْتَائِ ذِى الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرْ وَالْبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ
وَلَذِكْرُاللهَ اَكْبَرَ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا يَصْنَعُوْنَ اَقِيْمُوا الصَّلوةَ.
0 komentar:
Post a Comment