Saturday, November 20, 2010

الله ُ اَكْبَرُ  الله ُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً لاَاِلهَ اِلاَّ الله وَاللهُ اَكْْبَرُ. اللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ. الْحَمْدُ ِللهِ الْمُؤَمَّلِ لِكَشْفِ الشَّدَائِدِ الْمُتَفَضَّلِ بِتُحْفِ النِّعَمِ وَالْفَوَائِدِ الْمَحْمُوْدِ بِاَجَلّ ِالْمَحَامِدِ الصَّمَدِ الْمَلِكِ الْوَاحِدِ اَحْمَدُه وَاَسْئَلُهُ مِنْ فَضْلِهِ الْمَزِيْدِ وَاشْكُرُهُ شُكْرًا مَقْرُوْنًا بِالتَّهْلِيْلِ وَالتَّسْبِيْحِ وَالتَّحْمِيْدِ وَاَشْهَدُ اَنْ لاَّاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَه الْوَلِيِّ الْحَمِيْدِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيْدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَفْضَلُ الرُّسُلِ وَاَشْرَفُ الْعِيْدِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ الّذِىْ اَخْبَرَ اَنَّ مِيْزَانَ اُمَّتِهِ تَرْجَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِشَهَادَةِ التَّوْحِيْدِ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ صَلاَةً لاَ تَفْنىَ وَلاَ تَبِيْدُ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. امّا بعد : فَاُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَىالله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ قال الله تعالى: قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَاسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى

Sejatinya manusia senantiasa bersyukur, mempersembahkan puja dan puji kehadirat Ilahi Robbul ’ijati atas segala karunia yang tiada pernah berhenti, sampai pada detik ini begitu sempurna karunia ilahi meresapi jasmani dan rohani terutama sekali di pagi hari ini kita kembali bersuka cita menyambut datangnya hari raya Idul Fitri 1431 H. Pancaran sinar matahari pagi ini menandakan berakhirnya sebuah tirakat suci hamba-hamba sejati. Satu bulan masa penyucian diri telah terlewati. Satu bulan ketika syahwat duniawi terkebiri, sehingga bebas nurani bertahta dalam diri. Selamat tinggal hari-hari penuh ibadah, selamat tinggal malam-malam yang paling utama, dengan satu malam ketika seribu malaikat turun ke bumi, menghampiri dan membimbing jiwa-jiwa yang terjaga hingga fajar menanti. Kini, fajar baru kehidupan mulai menyingsing, memancarkan sinar harapan akan sebuah hidup yang lebih berarti.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd
Jama’ah sholat Idul Fitri yang berbahagia

Puasa di bulan Ramadhan bagi kaum muslimin adalah sebagai titik balik untuk melahirkan jiwa baru. Hal ini berlaku bagi sebagian hewan ketika pada saat mempertahankan kelestarian atau membentuk kesempurnaan dirinya. Dan ini merupakan simbolisasi bahwa ketika kita ingin menapaki jenjang kesempurnaan diri, maka harus melewati proses-proses khusus terlebih dahulu. Sebagai contoh adalah ulat, makhluk perusak tumbuhan, harus melalui fase kepompong ketika ia ingin menjadi kupu-kupu sebagai makhluk pembangun tumbuhan. Ular harus bertapa beberapa lama untuk mengelupaskan kulitnya yang lama berganti dengan kulit yang baru ketika ia ingin kembali elastis bergerak. Demikian juga ayam, harus mengeram selama 21 hari ketika harus melahirkan generasi barunya. Begitupun dengan manusia, ketika 11 bulan dalam stagnasi, mengalami kebuntuan kreatifitas, akalnya tidak lagi cemerlang karena timbunan lemak dalam tubuhnya, spiritualnya melemah karena terlalu kenyang perutnya, maka harus segera di deformasi, sel-sel tubuhnya yang penuh rekaman dosa selama 11 bulan harus dibakar dan di ganti dengan sel-sel baru agar ia kembali fresh dalam menata hidup menurut tuntunan menejemen ilahi. Dan puasa satu bulan di bulan Ramadhan adalah solusi ilahi dalam mendeformasi manusia agar kembali kepada fitrahnya yang suci. Dalam sebuah hadits qudsi dinyatakan : ”barang siapa yang berpuasa untuk-Ku, maka akan Aku ganti otaknya dengan otak yang baru, tulangnya dengan tulang yang baru, darahnya dengan darah yang baru”.

Jauh sebelum syariat puasa kaum muslim ini lahir dan hingga kini, hampir semua agama atau bangsa menggunakan metode lapar ini untuk mempertahankan kelestarian diri dan semestanya. K.H. Muhahammad Zuhri, ulama sufi dari Pati-Jawa Tengah mencatat, hanya bangsa-bangsa yang mempunyai tradisi puasalah yang akan tetap eksis, bertahan hidup, mampu mengarungi sejarah sepanjang masa. Sementara bangsa-bangsa yang tidak mengenal tradisi puasa tidak akan dapat mengarungi waktu, musnah tergusur jaman (lihatlah suku Indian, Aborijin, Maya atau Sparta). Selanjutnya Beliau mencatat bahwa Ki Ageng Selo, bangsawan dari tanah jawa menjalankan puasa selo (puasa Daud) seumur hidupnya, maka sebelas dari keturunannya berhasil menjadi Raja kerajaan Mataram. Dalam perspektif ini, maka puasa akan bernilai kelestarian, kelangsungan, kelanggengan bahkan keabadian. Dan boleh jadi, anugrah ilahi yang kita rasakan saat ini berupa kenyamanan hidup ditengah negeri yang tentram-damai dengan pesona alam yang menyejukan adalah efek dari para ahli tirakat, orang-orang soleh yang setiap saatnya berpuasa mengendalikan jiwa-raganya dari syahwat duniawi ditengah orang-orang yang mempertuhankan nafsu dan keinginannya, di tengah orang-orang yang berebut fasilitas, berebut kekuasaan dan prestise, berebut mengeksploitasi alam dengan membabi buta, akhirnya bertengkar, bertikai dan berseteru. Maka tidak ada kerusakan kecuali diawali dengan keserakahan, tidak ada bencana kecuali diawali dengan kekufuran. Dan ketika ratusan juta umat muslim berpuasa setiap tahunnya, sejatinya memberikan kontribusi yang luar biasa bagi hidup dan kehidupan umat manusia. Puasanya orang beriman yang dijalankan secara benar seharusnya dapat menetralisir ancaman suhu panas bumi akibat eskalasi industri dan semakin padatnya populasi manusia, ancaman mencairnya kutub es, badai matahari, banjir dan longsor. Alam semakin tak bersahabat akibat ulah tangan manusia itu sendiri. Maka hendaklah sebagaimana misi para Nabi dan Rasul, para Auliya, para kekasih Allah yang selalu siap menanggung derita dari kesumbangan sejarah, yang siap memikul beban kerusakan moral kaumnya, dan yang karena kehadirannya maka kiamat akan tertunda selamanya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahilhamd
Jammah Sholat Idul Fitri yang berbahagia.

Melalui momen kembalinya jiwa baru ini, kita hayati makna idul fitri dengan kembali menata diri sesuai dengan tuntunan ilahi. Ada 3 makna idul fitri yang seringka kali disampaikan para ulama, Idul Fitri berarti ”kembali kepada agama yang benar”, ”kembali kepada kesucian”, dan ”kembali kepada asal kejadian”. Apabila kita memahaminya kembali kepada agama yang benar, maka agama akan menuntun kita untuk selalu berorientasi kepada kehidupan yang kekal abadi yaitu akhirat
وَاْلأَخِرَةُ خَيْرُُوَأَبْقَ (الاعلئ 17)
Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” Seraya tetap menyeimbangkannya dalam memenuhi kehidupan dunia
وَابْتَغِ فِيمَآءَاتَاكَ اللهُ الدَّارَ اْلأَخِرَةَ ولاَتَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَآأَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَتَبْغِ الْفَسَادَ فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (القصص : 77)
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Karena pada dasarnya, kehidupan dunia merupakan sarana kita mengabdi kepada Allah. Bumi dengan aneka kejadian dan peristiwa adalah hamparan sajadah yang amat luas tempat manusia ’mensujudkan’ diri seutuh usia. Orang tua (ibu bapak) adalah ’tempat sujud kita’ dengan totalitas bakti kita kepada keduanya. Betapapun rewelnya mereka, dikakinya ada surga yang tak ternilai harganya, betapapun sering membuat kita kesal dan kecewa, namun begitulah orang tua harus kita pahami apa adanya. Tidak ada yang bisa menggantikan air susunya yang telah meresap-mengalir dalam diri kita. Pengorbanan tulusnya tidak akan terbalas dengan budi baik apapun yang kita berikan. Mereka begitu keramat bagi kita anaknya. Yakinlah, mengabaikan berbuat baik kepadanya akan menjadi penyesalan seumur hidup kita.
Keluarga (anak-istri) adalah ’sajadah’ saat kita berkorban untuk menghidupinya, saat kasih sayang kita sepenuh jiwa raga untuk mereka. Tetangga kita yang sakit adalah ’sajadah’ manakala kita dapat membantu membelikan obat untuknya. Teman kita yang dalam kesusahan adalah ’sajadah’, saat kita ikhlas memberikan pinjaman hutang kepadanya. masih banyak lagi contoh aneka momen dan peristiwa dalam kehidupan yang setiap saat kita jumpai. Begitulah Allah menjadikan hidup dan mati sebagai ujian, siapa diantara manusia yang paling baik amalnya.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Dia ( Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (al-Mulk : 2)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahilhamd
Jammah Sholat Idul Fitri yang berbahagia
Dan apabila kita memahami Idul Fitri berarti “kembali kepada kesucian”, maka suci yang dimaksud adalah suci lahir-batin. Suci lahir telah kita wujudkan dalam rutinitas thaharoh, wudhu dan mandi dsb. Sementara suci batin adalah kesadaran nurani yang tinggi bahwa tidak ada tempat di hatinya selain Allah, betapa kecilnya kita di hadapan keMahabesaran Allah, betapa tidak berdayanya kita di hadapan qudrah dan iradahnya Allah. Tidak ada tempat bergantung selainNya, tidak ada tempat berlindung selainNya, tidak ada tempat menitipkan harapan selain kepadaNya, idak ada tempat memohon pertolongan selain kepadaNya. Hati orang yang penuh dengan Allah akan selalu berpikir positif terhadap apa yang menimpanya atau yang menjadi garis nasibnya, tidak berkeluh kesah, selalu optimis karena ia tau bahwa Allahlah sebaik-baik tujuan hidupnya. Hatinya selalu gembira dan tersenyum, jauh dari sifat-sifat iri hati, sirik, pendengki dan pendendam karena hatinya sedimikain lapangnya menampung segala bentuk ketersinggungan. Ia menjadi orang yang sangat pemaaf terhadap kesalahan orang lain, bahkan ia tak segan berbuat baik kepada orang yang bebuat jahat kepadanya, karena begitulah Allah memerintahkannya.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imron : 133)

Yang juga perlu digarisbawahi dalam ayat ini adalah bagaimana Allah memerintahkan kita untuk juga berbuat ihsan. Berbuat ihsan adalah memberi lebih banyak dari yang seharusnya ia beri, menuntut lebih sedikit dari yang seharusnya menjadi haknya. Dalam persoalannya dengan orang lain, memberi maaf sudah merupakan langkah terpuji dan sudah bernilai taqwa, namun ketika kita ingin lebih dicintai Allah dan masuk ke dalam kelompok para muhsinin, maka jangan sekedar memaafkan tapi berbuat baiklah terhadap orang yang berlaku jahat terhadap kita. Dan dalam banyak hal, perbuatan ihsan ini telah dicontohkan oleh generasi awal islam, sebagaimana firmanNya :
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَاْلإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلاَيَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (الحشر : 9)
Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung

Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahilhamd
Jammah Sholat Idul Fitri yang berbahagia
Maka pelajaran yang penting dari masa pendadaran di bulan suci ramadhan adalah melatih kita untuk senantiasa menjadi orang dermawan dan rela berkorban. Memungut fasilitas alam yang sedikit-dikitnya karena memang kita berpuasa seraya memberi lebih banyak dari apa saja yang kita miliki, apakah dalam bentuk harta, tenaga, moril ataupun pikiran. 3 ½ liter beras atau 20 ribu rupiah sudah cukup memenuhi kewajiban kita berzakat fitrah, namun alangkah akan lebih ihsan, apabila semangat zakat itu kita ’wiridkan’ di bulan-bulan berikutnya setelah ramadhan dalam bentuk sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan. Masih banyak orang yang berada dalam garis kemiskinan, masih banyak orang yang membutuhkan pertolongan.

Maka momen silaturahmi di hari raya ini janganlah hanya menjadi rutinitas belaka tanpa kesan. Silaturahmai harus berorientasi pada pengembangan lingkungan. Apabila kita saling mengunjungi, dan kita menjadi tau kondisi masing-masing, maka hendaklah yang di atas selalu mengulurkan tangannya kepada yang di bawah. Sesuai dengan istilahnya ’silaturahmi’ artinya ’menyambung kasih sayang, maka wujudkanlah bentuk kasih sayang kita dalam bentuk yang bermanfaat atau yang mengembangkan pihak lain. Yang kaya membantu yang miskin, yang pintar mengajari yang bodoh, yang lapang meringankan beban yang kesusahan, yang kuat melindungi yang lemah, dsb. Sebagaimana misi Nabi menjadi rahmat bagi semesta alam
وَمَااَرْسَلْنَاكَ اِلاّ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ
Aku tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam

atau seperti sifat air yang selalu mengalir ke bawah, memberikan kesuburan dan kehidupan bagi apa saja yang dilewatinya.

Dan pelajaran yang yang paling berharga dari orang-orang yang berpuasa adalah ridha. Mereka rela dan sanggup memberikan apa saja untuk keperluan orang lain sementara tak sedikitpun ia menuntut dari orang lain karena apa yang mereka butuhkan tak dapat diberikan oleh siapapun selain Allah yaitu, ridha-Nya :
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْه ذلِكَ الْفَوْزُالْعَظِيْم
Allah ridha terhadapNya, dan mereka ridha terhadap Allah, dan yang demikian itulah keberuntungan yang besar".

Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat pengampunan Allah di hari ini, dan mendapat kesempatan Ramadhan di tahun mendatang serta ridhaNya selalu menyertai setiap langkah kita. Amin

جَعَلَنَااللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ اْلاَمِنِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِي عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمَ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّحِمِيْنَ.

Khutbah II

الله اكبر الله اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَّالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَّسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً. الْحَمْدُللهِ الْعَلِيْمِ الْحَلِيْمِ , الْغَفَّارِ الْعَظِيْمِ الْقَهَّارِ, الّذِى لاَ تَحْفَى مَعْرِفَتُهُ عَلَى مَنْ نَظَرَ فِي بَدَائِعِ مَمْلِكَتِهِ بِعَيْنِ اْلاِكْتِبَارِ وَاَشْهَدُ ان لاّاِلهَ اِلاّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, شَهَادَةَ مَنْ شَهِدَ بِهَا يَفُوْزُ فيِ دَارِالْقَرَارِ, وَاَشْهَدُ اَنّ سَيْدَنَا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ الطَّاهِرِيْنَ اْلاَخْيَارِ. اما بعد : فياايهاالناس : اِتَّقوااللهَ وَاَطِيْعُوااللهَ وَاَطِيْعُواالرَّسُوْلَ وَاُولِى اْلاَمْرِ مِنْكُمْ. اللهم صَلِّى وَسَلِّم عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ رَاحِمِيْنَ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللّهم ادْفَعْ عَنَّا الْفَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْفَخْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْجَذْبَ وَالْقَحْطَ وَالْوَبَاءَ وَالسُّيُوْفَ وَالْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمَصَائِبَ وَالدَّيْنَ وَالْعَرَضَ وِالْمِحَنَ وَالْفِتَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هذَا خَاصَةً وَمِنْ جَمِيْعِ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ مَعَ الْقُرَى عَامَّةً. اِنَّكَ عَلَى مَا تَشَاءُ قَدِيْرٌ يَا نِعْمَ الْمَوْلى وَيَانِعْمَ النَّصِيْرُ, غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَِلاِخْوَانِنَا الّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلاِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنّكَ رَءُوْفٌ الرَّحِيْمُ. امين يارب العالمين.


0 komentar:

Post a Comment

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube