Friday, January 4, 2013

Spirit Tahun Baru

Posted by KHUTBAH | 3:39 PM Categories: ,


Isi Khutbah
Hari ini tanggal 4 Januari adalah Jum’at pertama di tahun 2013, masih dalam suasana tahun baru masehi. Baru saja kita merasakan atau terlibat langsung dalam semarak perayaan pergantian tahun dengan beragam bentuknya, ramai pada setiap sudut kota dan desa. Beragam acara digelar, dari yang resmi pemerintahan, kelompok sosial, keluarga dan individu masing-masing. Suara riuh terompet, aneka kembang api, petasan, panggang jagung dan ikan bakar menghiasi meriahnya malam pergantian tahun baru tersebut.

Dari gambaran perayaan tersebut di atas, kita dapat menangkap kesan bahwa datangnya tahun baru menimbulkan rasa gembira pada sebagian orang. Pertanyaan adalah apa yang membuat kita gembira? Maka alangkah baiknya apabila rasa gembira tersebut didasari oleh spirit makna yang terkandung pada setiap perayaan tahun baru dengan sedikit banyak mengetahui asal-usulnya.

Jamaah Sholat Jum’at  yang berbahagia

Ada beberapa makna yang dapat kita jadikan spirit pada perayaan tahun baru ini, pertama, bahwa tahun baru adalah tahun harapan dan optimis. Ada banyak sistem penanggalan di dunia  terkait dengan pergantian tahun secara periodik selain tahun baru masehi saat ini, yang pada umumnya bermuatan relijius, dilatarbelakangi  oleh sejarah perubahan sosial dari masa kelam kepada masa yang bersinar, syarat dengan pesan-pesan moral dan lambang kemenangan bagi kebaikan. Maka kerap saja bahwa pergantian tahun dari generasi ke generasi selalu memunculkan rasa optimisme dan harapan-harapan baru yang akan dicapai bagi setiap penganutnya.

Kita sendiri sebagai umat Islam menganut atau menggunakan kalender Islam yang lebih dikenal dengan kalender Hijriyah yang didasarkan pada masa orbit bulan mengelilingi bumi selama 354 hari. Tahun pertamanya dihitung sejak Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah. Dan kita sudah sama mafhum bahwa spirit hijrah Nabi dapat meninspirasi setiap perubahan-perubahan besar bagi individu maupun sosial.

Kemudian kita mengenal Tahun Baru Cina, yang dikenal juga dengan tahun baru Imlek, melambangkan permulaan, titik permulaan dalam nasib dan kehidupan. Sebelum hari tahun baru bermula, sanak saudara yang jauh akan kembali berkumpul. Rumah akan dicuci dan segala hutang-piutang dibayar agar mereka tidak sentiasa dikelilingi hutang sepanjang tahun yang baru. Mercon dibakar pada tengah malam yang menandakan bermulanya tahun baru dan akan  menghalau puaka dan nasib malang. Rumah-rumah dihiasi dengan buah limau sebagai simbol murah rezeki. Disinyalir kalender Cina ini sudah berumur 4 ribu tahun lebih. Sempat mengalami beberapa perubahan pada setiap dinasti yang memerintah. Namun baru ditetapkan sampai saat ini oleh Kaisar Han Wu Di (140-86 SM), tepatnya tahun 104 SM, sistem penanggalan Xia diresmikan sebagai penanggalan Negara. Untuk menghormati Nabi Khonghucu, penentuan perhitungan tahun pertamanya dihitung sejak tahun kelahiran Nabi Khonghucu dan Agama Khonghucu ditetapkan sebagai agama Negara (state religion).

Kemudian kita mengenal tahun baru saka. Sebagai tahun baru Umat Hindu. pada tahun ini umat Hindu merayakan hari raya Nyepi yang berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.  Penanggalan/kalender caka ini dimulai sejak tahun 78 Masehi. Peringatan Tahun Baru Saka ini juga bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional, terinspirasi dari keberhasilan Raja Kaniskha I dari keturunan suku Saka yang dapat menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda setelah sekian tahun.

Jamaah Sholat Jum’at yang berbahagia

Dipaparkannya sekelumit tentang beberapa sistem penanggalan yang ada di dunia dimaksudkan agar kita menyadari bahwa pergantian tahun adalah persoalan sosial budaya yang dilatarbelakangi oleh peristiwa tertentu dan oleh penganut keagamaan dan kepercayaan tertentu.

Sejatinya, harapan dan rasa optimisme itu dibangun tidak pada saat tahun baru saja, namun pada setiap saat, setiap detik waktu kita tidak boleh putus akan harapan. Namun barangkali karena sifat manusia lalai dan pelupa, maka disediakanlah oleh Allah fasilitas-fasilitas waktu istimewa untuk menumbuhkan kesadaran untuk memperbaiki diri, salah satunya adalah tahun baru masehi sekarang ini

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia

Kedua, makna tahun baru yang dapat kita ambil hikmahnya adalah bahwa dengan bertambahnya tahun, maka hakikatnya semakin berkurang usia atau umur kita. Maka menyadari sepenuhnya seraya mengintrospeksi diri kita dan mentaubati segala dosa dan kekeliruan kita di tahun yang lalu adalah langkah bijak di tahun baru ini. Membangun optimisme serta berusaha memperbaiki segala kesalahan, serta mengisi hari-hari yang akan datang dengan perbuatan-perbuatan baik dan hal-hal yang bermanfaat lainnya jadikanlah harapan dan resolusi kita untuk tahun-tahun yang akan kita lalui.
Rasa gembira kita dengan datangnya tahun baru ini jadikan sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada Allah swt bahwa kita masih diberi kesempatan untuk mempergunakan umur dan segala fasilitas hidup yang akan kita pertanggungjawabkan nanti, sebagaimana disabdakan Nabi saw.

لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ حَتَّى يَسْأَلَهُ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَمَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ

“Tidak akan bergeser kaki manusia pada hari kiamat dari sisi Rabnya sehinga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya untuk apa ia pergunakan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia infakkan, dan tentang ilmunya apa yang ia amalkan (darinya).
Janganlah dikemudian hari kita termasuk orang-orang yang menyesal karena tidak dapat mempergunakan karunia Allah dengan sebaik-baiknya berupa kesempatan hidup dengan berbagai amal kebajikan, hingga kita akan mengalami nasib yang tragis pada saat tutup usia kita, sebagaimana diilustrasikan dalam al-Qur’an:

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (٩٩)لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (Qs Al Mukminun: 99-100)

Jamaah Sholat Jum’at yang berbahagia

Maka tanpa kita harus memperdulikan tahun barupun, bahwa setiap detik waktu kita pada hakikatnya adalah kesempatan yang tidak akan datang untuk kedua kalinya, maka setiap hari, bulan, tahun adalah baru bagi kita, dan tidak akan kita alami lagi hari, bulan dan tahun yang sama esok hari. Dan Nabi senatiasa mengajarkan agar senantiasa kita dalam keadaan mengingatNya, saat kita baru terbangun dari tidur sekalipun.
إِذَا اسْتَيْقَظَ فَلْيَقُلْ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانِي فِي جَسَدِي وَرَدَّ عَلَيَّ رُوحِي وَأَذِنَ لِي بِذِكْرِهِ

“Jika seorang terbangun hendaklah mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku tubuhku, dan mengembalikan nyawa kepadaku, serta mengizinkanku untuk berdzikir kepadaNya” (HR. Tirmidzi)

Inilah sebagian dari ajaran Nabi untuk  kita selalu wamas diri dari setiap inci langkah kita agar tidak jatuh dalam kesia-sian umur kita. 

وَالْعَصْرِ  إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ  إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. 103:3)

Semoga setiap detik waktu kita, besertanya keridhoan Allah swt. Amin ya Rabbal’alamin.

1 comment:

  1. فإن ماسأل عنه السائل من لفظ :" ما أسكر كثيره فقليله حرام". هو حديث نبوي رواه أبو داود في سننه ، كتاب الأشربة ، باب النهي عن المسكر ، رقم 3681 ـ والترمذي في الأشربة باب "ما أسكر كثيره فقليله حرام" رقم: 1865 ـ وأحمد وابن حبان عن جابر. ورواه أيضا أحمد والنسائي وابن ماجه عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده ـ وصححه الألباني ـ كما في صحيح الجامع الصغير صفحة 5530 والله تعالى أعلم.

    ReplyDelete

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube