Khutbah dalam pelaksanaan sholat Jum'at sejatinya merupakan pesan taqwa kepada para jamaah. Namun bagaimana pesan
taqwa tersebut benar-benar efektif? Dalam arti khutbah yang kita sampaikan
menjadi berkesan dan berguna bagi jamaah dalam hal menambah wawasan, membentuk
sudut pandang dan terlebih merubah perilaku jamaah. Maka berikut adalah tips
berupa kiat-kiat menulis khutbah jum'at hebat yang tentunya tidak terhindar dari
subyektifitas penulis itu sendiri:
1.
Menulis kutipan atau petikan
Membuat kutipan atau petikan ungkapan-ungkapan hebat -berisi
dari penulis atau tokoh-tokoh hebat pada awal khutbah akan membuat kesan bagi
jamaah bahwa materi yang akan kita sampaikan berbobot. Bagaimanapun ungkapan
tokoh-tokoh hebat tersebut kita perlukan untuk mendukung gagasan yang akan kita
kembangkan selama tidak bertentangan dan senada dengan kandungan al-Qur’an dan
hadits yang menjadi pokok pesan taqwa yang tengah kita sampaikan. Justru dengan
begitu, ajaran islam terbukti sebagai ajaran yang universal yang dapat menerima
dan diterima oleh nilai-nilai luhur dari manapun asalnya.
2.
Mencari makna baru
Memunculkan makna baru terhadap apa yang kita sampaikan rutin
setiap Jum’at bukan sesuatu yang mudah. Namun setidaknya kita berusaha terus
membaca berbagai sumber, menggali informasi sebanyak-banyaknya agar khutbah
yang kita sampaikan tidak membosankan dan akan selalu aktual. Bisa jadi tema
yang kita sampaikan terdengar biasa dan sederhana, namun penekanan masalah
dengan sudut pandang dan analisa baru tentunya akan menarik minat jamaah dan
tidak terjebak pada pengulangan materi yang klise dan monoton. Sebenarnya ini
merupakan bagian dari tugas kita untuk terus menggali makna al-Qur’an dan
hadits dalam perspektif baru agar al-Qur’an akan terus hidup merespon berbagai
persoalan umat yang sedang dihadapi.
3.
Singkat, padat dan berisi
Sudah menjadi ketentuan atau sunnah Nabi saw, bahwa khutbah
itu harus lebih singkat dari sholat itu sendiri. Maka hindari penyampaian
khutbah yang bertele-tele dan melebar tak tentu arah, fokus pada suatu tema yang
kita ketengahkan. Kalau memang seorang khotib terbiasa menyampaikan khutbah
tanpa teks, maka tetaplah diperlukan catatan kecil berupa point-point yang akan
disampaikan agar tetap terarah dan efisien waktu.
4.
Gaya bahasa yang unik
Gaya bahasa yang dimaksud bukan memakai istilah-istilah
puitis atau keren yang justru tidak dimengerti jamaah, akan tetapi kata yang
lugas dan jelas disertai intonasi yang mantap tentunya dengan diksi atau
pilihan kata yang tepat. Karena bagaimanapun, bahasa yang kita sampaikan sedikit
banyak merepresentasikan kedalaman pikiran yang akan kita sampaikan.
Indikatornya tentunya adalah bahasa yang kita gunakan akan menyentuh jamaah dan
terkesan jamaah tidak melewatkan satu katapun dari apa yang kita sampaikan.
Tips kiat menulis khutbah hebat tersebut di atas hanya bagian
dari tekhnis menulis atau menyiapkan bahan materi khutbah Jum’at, namun di atas
itu semua adalah integritas moral (akhlakul karimah) seorang khotib menjadi
kunci sukses sang khotib. Apa yang disampaikan khotib sejatinya apa yang
dilakukan atau dialami diri khotib sendiri agar tidak termasuk orang-orang yang
mendapat kecaman Allah
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ
مَالاَتَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللهِ أَن تَقُولُوا مَالاَتَفْعَلُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat
Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu
kerjakan. (QS. 61:3)
Inilah sebenarnya yang menjadi faktor penentu bahwa khutbah
benar-benar keluar dari hati, disampaikan dengan sepenuh hati dan di terima
oleh hati yang tulus.
Semoga rahmat Allah selalu bersama kita. Amiiin.
0 komentar:
Post a Comment