Tabayyun terhadap berita. Sekali lagi kita panjatkan syukur atas kedamaian dan kenyamanan hidup di negeri Indonesia yang tercinta ini. Namun
belakangan ini, sepertinya kita terusik dan diuji oleh berbagai issu yang
mengancam kedamaian dan ketentraman berbangsa dan bernegara. Perbedaan pendapat
dan pandangan yang tajam terhadap suatu kasus sedang menimpa negeri ini. Dua
pendapat yang bersebrangan sama-sama mengklaim sebagai pemilik kebenaran,
kadang menggunakan dalil yang sama untuk pembenaran masing-masing pendapat.
Penghujatan dan caci maki bahkan meyertai setiap pandangan yang mengemuka.
Semua kelompok yang bersebrangan sama-sama menyuguhkan beragam informasi yang
mereka anggap benar dan valid. Terutama informasi dari internet atau media
sosial. Setiap hari kita dijejali beragam informasi yang tumpang tindih, saling
bertubrukan, liar berseliweran, cyber opinion war, perang opini siber
menurut Parni Hadi-Wartawan Senior, Pemimpin redaksi LKBN Antara.
Lantas
bagaimana sikap kita terhadap kenyataan atau fenomena ini sebagai seorang
muslim? Al-qur’an memerintahkan kepada kita untuk memeriksa dengan teliti
setiap informasi yang kita dengar dan baca, dalam bahasa Al-Quran dikenal
dengan bahasa tabayyun (Q,S.Al-hujarat;6).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا
أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. 49:6)
Sikap
tabayyun inilah yang senantiasa kita jadikan pijakan dalam menilai
setiap berita atau informasi. Karena dari informasi yang benar dan terpercaya,
kita akan arif dalam menyikapi persoalan, akan bijak dalam membuat kesimpulan
dan adil dalam mengambil tindakan. Sikap tabayyun inillah yang
dicontohkan Rasulullah saw ketika fitnah yang dilancarkan Abdullah bin Ubay
kepada keluarga Rasulullah Saw. dalam hal ini Sayyidah Aisah ra yang dikenal
dengan peristiwa Haditsul Ifki (berita bohong). Siti Aisah dituduh
menyeleweng dengan salah satu sahabat yang bernama Shafwan bin Al-Muaththol
dalam kasus pencarian kalung yang hilang dalam perjalanan pulang setelah
selesai peperangan. Terhadap tuduhan ini Rasulullah tidak langsung percaya akan
tetapi Rasul meminta beberapa pandangan sahabat baru kemudian menyimpulkan. Dan
ternyata berita yang dihembuskan seorang munafik Abdullah bin ubay tersebut
adalah bohong dan fitnah. Dan banyak lagi kebohongan-kebohongan Abdullah bi
ubay yang bertujuan mengadu domba pada awal-awal perjuangan Islam.
Inilah
yang dimaksud dengan tabayyun-meneliti informasi dengan seksama, mencari
tau kepada beberapa orang atau sumber terpercaya untuk mencari kebenaran. Yang
banyak terjadi justru kita menerima saja informasi tanpa kita teliti terlebih
dahulu benar salahnya. Asal sesuai dengan pandangan yang kita anut. Bahkan
serta merta kita men-share lagi informasi itu ke publik, kemudian publik
membacanya dan publik pun berantai men-share informasi itu kembali dan
semakin meluas. Maka pada saat itu, kebenaran tidak lagi didasarkan oleh
validnya data dan fakta, akan tetapi kebenaran sudah menjadi milik kerumunan
masa.
Jamaah
Sholat Jumat yang dirahmati Allah
Fitnah-fitnah
besar yang terjadi pada awal-awal sejarah islam di awali oleh berita-berita
bohong yang disebar oleh orang-orang munafiq. Dan kebohongan itu jelas sekali
merusak tatanan kehidupan masyarakat. Saat ini kebohongan-kebohongan informasi
di internet sangat luar biasa dahsyatnya, yang populer dalam dunia internet
disebut hoax. Kita wajib meneliti dulu berita-berita tersebut apakah benar dari
sumber yang terpercaya atau hanya berita hoax, yang sengaja disebar oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Makanya sekali lagi ditegaskan disini
bahwa Al-qur’an memerintahkan kita untuk memeriksa dengan teliti berita yang
datangnya dari orang-orang fasik. Orang-orang yang akan berbuat kerusakan.
Khawatir kita yang hanya mengikuti dan menerima suatu berita, lalu membagikan
lagi berita tersebut kepada orang lain kita termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan namun kita tidak menyadarinya.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
لاَ تُفسِدُوا فِي اْلأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ.
أَلاَ إِنَّهُم هُمُ الْمُفِسِدُونَ وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُونَ
Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab:"Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan". Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS.
2:12)
Sangat
menyeramkan memang apabila kita mengikuti berita-berita di media sosial saat
ini, hujatan-hujatan kebencian, caci maki, dan pembulian. Orang yang berbeda
pendapat dianggap musuh, dituduh kafir atau munafiq dan sebagainya. Perbedaan
pendapat harusnya diselesaikan dengan diskusi atau musawarah bukan dengan
mencaci atau marah. Adalah ego dan nafsu kitalah yang menguasai akal sehat dan
nurani kita. Atas nama membela kebenaran kita cederai nilai-nilai akhlaq dan
kesantunan. Baik kita renungkan ungkapan yang sungguh inspiratif ini: "Kalau
jadi religius membuatmu mudah menghakimi orang lain, keras, kasar & fitnah.
Periksalah! kamu menyembah Tuhanmu atau Egomu?", tulis Omar Imran seperti
dikutip rekan Raffi Bekher. Di kutip dari Muhammad Subhi
Ibrahim.
Kita
mudah terbawa dan termakan hasutan oleh orang-orang yang sengaja ingin mengadu
domba dan memecah belah, hingga kita mudah sekali berprasangka buruk terhadap
seseorang. Mencari-cari kesalahan orang lain yang hanya didasarkan pada
prasangka dan spekulasi. padahal apa yang kita sangkakan belum tentu mengandung
kebenaran. Allah sangat mengecam orang-orang yang berperasangka dan suka
mencari kesalahan orang lain.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ
بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلاَتَجَسَّسُوا وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ
إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yaang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (QS. 49:12)
Alqurna
juga mengecam orang yang saling membenci dan mencaci maki.
يَاأّيُّهَا الّذِينَ ءَامَنُوا لاَيَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن
يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلاَنِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا
مِّنْهُنَّ وَلاَتَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلاَتَنَابَزُوا بِاْلأَلْقَابِ بِئْسَ اْلإِسْمُ
الْفُسُوقُ بَعْدَ اْلإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula
wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita
(yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan
janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil
dengan gelar-gelar yang buruk.Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang
buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim. (QS. 49:11).
Jamaah Sholat Jumat yang dirahmati Allah
Bahwa rasa benci terhadap seseorang atau kelempok
orang akan mengancam sikap, perkataan dan tindakan kita untuk berlaku tidak
adil. Allah Swt sudah memperingatkan dalam firmanNya Surat Almaidah ayat 8:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ للهِ شُهَدَآءَ بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ
قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللهَ
إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Semoga kebenaran dan keadilan akan terwujud di negeri ini. Dan Allah
akan melindungi kita dari sifat menzalimi dan dari kaum yang menzalimi kita.
Dan semoga nilai-nilai persatuan, kerukunan dan persaudaraan selalu menghiasi
kehidupan kita dan menjadi benteng dari segala ancaman yang akan mengoyak
tatanan hidup bermasyarakat kita. Amiin ya Rabbal alaimiin.
Khutbah II
Mohon izin ambil materi ini tadz, syukron
ReplyDelete