Isi Khutbah kebenaran di era post truth society. Para ilmuan sosial menamakan kondisi 'perang' berita dan informasi saat ini dengan sebutan Era Post Truth Society. Pada khutbah ini, kita awali dengan firman Allah Swt.
QS.2:12, yang berbunyi
أَلاَ إِنَّهُم هُمُ الْمُفِسِدُونَ وَلَـكِن
لاَّ يَشْعُرُونَ
Ingatlah,
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka
tidak sadar. (QS. 2:12)
Ayat ini turun dilatarbelakangi
oleh fenomena kaum munafiq pada masa Rasul Saw. yang sering kali berbuat
kerusakan ditengah masyarakat; antara lain, menimbulkan isu-isu negatif,
menanamkan kebencian dan perpecahan dalam masyarakat. Mereka melakukan penipuan
dan kebohongan. Seolah-olah mereka menampakan pertolongan, seolah-olah mereka
mencintai perdamaian, padahal sebenarnya mereka meciptakan huru hara pada masyarakatnya.
Pengrusakan yang mereka perbuat
ini disebabkan karena dalam hati mereka terdapat penyakit; seperti membenci,
iri hati, dengki, picik dan bodoh. Dan sungguh anehnya, mereka tidak
‘menyadari’ (la yasy’uruun) bahwa mereka yang telah menimbulkan
kerusakan. Thahir Ibnu Asyur tidak memahami kata la yasy’uruun bukan
dalam arti tidak memiliki rasa, melainkan tidak memiliki kecerdasan berfikir,
atau mereka adalah orang-orang yang dungu (M.Quraish Shihab). Namun sebaliknya,
mereka justru mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang muslih (…qooluu
innama nahnu muslihuun) kami adalah
orang-orang yang selalu melakukan perbaikan dalam masyarakat. Dan cara dalam
menyembunyikan kebohongan sangat lihai. Mereka mengemasnya dalam kemasan yang
indah; membuat ketidakbenaran seolah kebenaran; Mereka pandai beretorika dan
berlogika, padahal sebenarnya mereka melakukan penipuan dan kebohongan.
Jamaah Sholat Jumat yang
berbahagia
Meskipun ayat tersebut
menggambarkan keadaan masyarakat Madinah empat belas abad yang lalu, namun pada
hakikatnya ayat tersebut akan menggambarkan keadaan masyarakat disetiap zaman,
kapan dan dimana saja. Termasuk yang kita rasakan dalam konteks masyarakat
Indonesia saat ini. Masyarakat Indonesia saat ini khususnya umat muslim, seperti terbelah, terpolarisasi dalam
berbagai pandangan-pandangan politik, ideologi maupun tafsir agama. Kondisi ini
diperparah dengan tumbuh suburnya
berita-berita bohong atau hoaks yang yang dengan halusnya mengemas nalar dan
logika, meneguhkan keyakinan setiap
kelompok.
Para ahli ilmu sosial menyebut
era ini sebagai era post truth society, yaitu masyarakat paca-kebenaran;
iklim sosial politik dimana obyektifitas dan rasionalitas dikalahkan oleh emosi
atau hasrat memihak kepada keyakinan meskipun tidak sesuai dengan realitas dan
fakta. Dan seiring dengan kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi (dunia
internet) yang dengan sangat mudah dan cepatnya informasi tersebar, ekspresi
masyarakat era post truth society menemukan momentumnya. Siapa saja
bebas dengan mudah meng-up load- berita dan informasi, jagad media sosial tidak
terkendali dengan berseliwerannya beragam berita dan opini. Tidak jelas lagi
mana fakta, realita atau hanya isu bahkan fitnah. Masyarakat semakin teralienasi
ke dalam kelompok-kelompok sealiran. Dan sayangnya, kecenderungan masyarakat
yang sudah teralienasi hanya menerima informasi dari kelompok yang sealirannya
saja meskipun itu berita palsu atau hoaks dan menutup diri dari informasi yang
bersumber dari kelompok lain meskipun itu fakta atau kebenaran.
Pada akhirnya, masyarakat kita
saat ini nampaknya sangat nyaman dengan ketidakbenaran berita. Seakan
meneguhkan apa yang pernah diungkapkan oleh Adolf Hitler-Jika kebohongan
diulangi terus menerus, maka pikiran manusia akan mempercayainya, kebohonganpun
diterimanya sebagai kebenaran. Gejala sosial semacam inilah yang sedang bekerja
pada era digital saat ini. Masyarakat dikondisikan untuk mengabaikan verifikasi
kebenaran. Menurut Hannah Arendt, para pembohong memang berbicara/menalar
menurut dengan mengikuti logika dan harapan yang dibohongi. Ini seperti logika
berita-berita hoaks yang mau memuaskan keyakinan audiennya. Dan pada akhirnya,
ketidakbenaran menjadi pengetahuan dan dianggap kebenaran yang sudah umum.
Alquran sendiri sebenarnya sudah
menyinggung tentang kondisi masyarakat seperti ini yang terpengaruh dan
mempercayai informasi yang hanya berpijak pada persangkaan belaka. Dalam dibaca
QS.6:116
وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ
يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ
يَخْرُصُونَ
Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka
dan mereka hanyalah membuat kebohongan (Al-Anam:116)
Jamaah Sholat Jumat yang
berbahagia
Sejatinya kita tidak mudah
percaya dengan ketidakbenaran informasi atau berita. Alquran sudah sangat
menegaskan agar kita memeriksa,
meneliti, memverifikasi terlebih dahulu terhadap segala informasi dan berita
yang datang ditengah-tengah umat.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا
أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. 49:6)
Kerugian yang ditimbulkan oleh kebohongan berita dan kita
mempercayainya apalagi ikut menyebarkannya juga teramat besarnya. Dalam
QS.24:15 berbicara lebih tegas lagi mengecam para pembuat berita bohong
orang-orang yang ikut menyebarkannya:
إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ
بِأَفْوَاهِكُم مَّالَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ
اللهِ عَظِيمٌ
(ingatlah) diwaktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut
dan kamu katakana dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan
kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah
besar.
Dalam ayat ini jelas kita diperintahkan untuk tidak ikut menyebarkan
berita bohong. Seperti fenomena era internet dewasa ini, dimana kita begitu
mudahnya men-share atau menyebar lewat jari jemari kita (kalau ayat ini
mengatakan dengan dari mulut ke mulut), ketidakbenaran kemudian menjadi
pengetahuan masyarakat yang dianggap benar.
Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Sekali lagi kita kembali kepada penegasan QS. 2:12 d atas tadi, agar
kita tidak termasuk kedalam orang-orang yang membuat kerusakan dengan tidak
menyadari nya bahwa kita telah turut andil dalam menyebarkan berita palsu,
fitnah dan gosip yang berkembang dalam masyarakat yang akan menimbulkan
perpecahan dalam masyarakat. Segala
perbedaan pendapat dan pandangan kita sikapi dengan bijaksana, menghargai orang
lain yang berbeda, seraya selalu mengintrospeksi dan mengoreksi diri sendiri
tidak kemudian merasa benar terhadap apa yang kita yakini saat ini. Jangan
sampai kita menuduh orang lain picik sementara sebenarnya kitalah yang picik
sebenarnya. Sebagaimana kelanjutan ayat ini, yaitu ayat 13 surat Albaqoroh
menyindir soal ini:
“apabila dikatakan kepada mereka, “berimanlah
kamu sebagaimana orang-orang yang lain telah beriman”, mereka menjawab,
“akankah kami beriman sebagaimana orang-orang yang picik akalnya itu telah
beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang picik, tetapi mereka
tidak mengetahui
masyaallah, info yang sangat bermanfaat sekali
ReplyDelete