Tuesday, November 22, 2011

Isi Khutbah
Segala puji bagi Allah atas segala rahmat dan kebesaranMu yang melingkupi segala sesuatu, segenap pujian untukMu ya Allah yang mengiringi setiap doa dalam balutan rindu dan cinta kami, segala puji bagi Allah bersama matahari kebenaranMu, Engkau tumbuhkan asa dalam fajar baru kehidupan kami di hari yang fitri ini.
Sholawat dan salam untukmu wahai sang manifestasi ’matahari’- Muhammad Sang Nabi - yang menerangi isi bumi dengan risalah dan kebajikanmu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamd
Jama’ah sholat Idul Fitri yang berbahagia

Sekali lagi kita ucapakan  syukur yang mendalam karena kita diberikan Allah tuntunan/pedoman hidup yang mulia  berupa agama, yakni agama islam, sebagai jalan keselamatan, jalan yang sejati menggapai keabadian Tuhan. Inilah agama fitrah, agama yang lurus, agama yang berdasarkan kemurnian, yang ingin memurniakan niat dan motivasi manusia dari bias-bias hasrat duniawiyah kepada nilai-nilai sejati ilahiyah, berupa keikhlasan dalam berbuat atau bertindak ditengah maraknya  tindakan karena pencitraan diri, karena ingin dipuji, karena berebut pengaruh, karena kekuasaan atau karena uang.
Inilah agama yang menawarkan kemungkinan yang pasti akan masa depan abadi di tengah patamorgana dunia yang menyilaukan, melalaikan, dan penuh ilusi. Masa depan abadi ini tentunya adalah surga yang harus ditebus dengan totalitas pengabdian diri yang purna sepanjang masa.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya, (QS. 61:10-11)
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Jamaah sholat idul fitri yang berbahagia
Inilah agama yang tidak menampakan nilai sejati pada elok rupa jasmani atau pada meriahnya pesta seremoni, akan tetapi jauh kedalam relung hati dalam bilik batin yang sunyi.
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ واعمالكم

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.

Konsekuensi dari prinsip ini, Islam tidak terlalu berpihak terhadap kemapanan dunia dengan segala kenyamanan hidup dan kegemerlapannya, akan tetapi islam selalu menunjukan keberpihakannya kepada kemiskinan, kaum yang lemah, atau orang-orang terdzholimi. Coba perhatikan do’a Sang Nabi: “Ya Tuhan,   jagalah aku menjadi orang miskin, dan biarkan aku mati dalam keadaan miskin, dan peliharalah aku di antara orang-orang miskin”. Demikain ungkapan nabi, karena kekayaan baginya adalah sesuatu yang melalaikan, dan cinta dunia adalah akar dari segala kejahatan.
Dan perhatikan juga sabda Nabi yang memberikan harapan hidup bahagia di hari kelak kepada kaum-kaum marjinal atau terpinggirkan :”Aku dan seorang wanita yang kulit dan pipinya hitam karena terbakar matahari akan berdekatan satu sama lain diakhirat seperti dua jariku dan ia adalah seorang janda tangguh yang kulit dan pipinya menghitam karena menghidupi keluarganya”.
Inilah agama, yang ingin merengkuh rasa kemanusiaan yang terdalam dan ingin meniti bahagia dalam jejak-jejak do’a dan harapan, dalam usaha dan pengorbanan, dalam derita dan tangisan dan dalam jerit kenestapaan, bukan dalam gemerlapnya dunia dengan segala kemewahan dan kemegahannya.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Jamaah sholat idul fitri yang berbahagia

Di hari yang fitri ini setelah satu bulan kita berpuasa, adalah momen untuk kembali menghayati makna sejati tujuan hidup manusia dengan meniti jalan ilahi. Mempertajam nurani dengan memenjarakan fisik dari tuntutan-tuntutan jasmani, seraya kita iringi dengan semangat memberi dan berbagi. Inilah nilai silaturahmi dan empati sebagai pengejewantahan sifat-sifat ilahi.
وَهُوَ يُطْعِمُ وَلاَيُطْعَمُ  dan Dia (Allah) memberi makan, tidak diberi makan (Q.S.6:14) 

Sejatinya, silaturahmi dan empati tidak kita maknai hanya sebatas berjabat tangan dan berbalas kunjungan, akan tetapi silaturahmi yang bernilai tinggi adalah silaturahmi yang dapat menawarkan atau memberikan solusi terhadap keadaan atau situasi saudara-saudara yang kita jumpai. Apabila saudara kita dalam kesulitan, dapatkah kita membantu memudahkan urusan mereka. Apabila saudara kita sedang butuh uang, bisakah kita memberikan hutang kepadanya. Apabila saudara kita sedang sakit, mampukah kita membelikan obat untuknya, apabila saudara kita dalam kebodohan, dapatkah kita mengajarinya agar menjadi pintar. Demikian makna silaturahmi yang seharusnya kita pahami, menebarkan kasih sayang kepada makhluk-makhluk Allah di bumi. Karena itulah misi Nabi, sebagai rahmatalilalamin-rahmat bagi alam semesta. Nabi bersabda :

ارحموا ما في الارض سيرحم من في السماء
 sayangilah apa yang ada di bumi niscaya kamu akan di sayangi dengan apa yang ada di langit.

Perlu kita sadari bahwa nilai silaturahmi atau  rasa empati kepada sesama manusia mempunyai kedudukan yang tinggi dalam islam. Dan disinilah agama menemukan makna esensinya yang paling dalam. Dan bagaimana Nabi memprasaratkan nilai keimanan seseorang dengan kecintaan sempurna kepada saudaranya sesama manusia:

عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَس بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Nabi juga pernah bersabda bahwa orang yang terbaik adalah yang paling baik dengan tetangganya.
Demikian agama menjadikan hubungan horizontal-kepada sesama manusia dengan kedudukannya yang sentral dalam ubudiyah kepada Tuhan. Inilah jalan Tuhan yang harus kita tempuh, dengan berbagi, mengorbankan segenap kepentingan pribadi atau kelompok untuk kepentingan orang lain atau kemaslahatan bersama.
Tidak ada bentuk berbagi yang paling indah yang pernah terjadi, sebagaimana yang dilukiskan Al-qur’an menyangkut interaksi antara kaum Muhajirin dan Anshor saat peristiwa hijrah Nabi
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَاْلإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلاَيَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri.Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Jamaah sholat idul fitri yang berbahagia
Selain silaturahmi dan rasa empati yang harus kita tumbuhkan pada hari raya ini, kita juga harus membersihkan dan melapangkan hati kita dari keburukan-keburukan orang lain terhadap diri kita. Mengenai hal ini, baik kita telaah intisari dari firman Allah :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. 3:133-134)

M. Qurasih Shihab dalam tafsirnya al-misbah, menjelaskan ada tiga tingkatan sikap dalam konteks menghadapi kesalahan orang lain. Pertama, yang mampu menahan amarah meskipun dihatinya masih tersimpan bekas luka. Kedua, adalah yang memaafkan, artinya orang yang bukan hanya sekedar mampu menahan amarahnya, akan tetapi ia juga dapat menghapus bekas-bekas luka dalam hatinya. Dan yang ketiga, orang-orang yang berbuat kebajikan (muhsinin). Dia tidak hanya mampu menahan marah dan memaafkan orang lain, bahkan ia berbuat baik kepada orang yang melakukan kesalahan terhadapnya. Dan sikap seperti inilah yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah dalam melaksanakan dakwahnya.
            Berikut adalah ungkapan Ibnu Sina dalam Al-Isyarat wa Al-Tanbihat, yang dikutip oleh M.Quraish Shihab tentang orang yang kembali kepada fitrah kesucian:
Orang tersebut menjadi seorang arif, yang bebas dari ikatan raganya. Dalam dirinya terdapat sesuatu yang tersembunyi, namun yang dari dirinya sendiri tampak sesuatu yang nyata. Ia selalu gembira dan banyak tersenyum. Betapa tidak,  sejak ia mengenal-Nya, hatinya selalu dipenuhi oleh kegembiraan. Dengan melihat yang Mahasuci, semua dianggapnya sama, karena memang semua makhluk Allah. Semua wajar mendapatkan rahmat, baik yang taat maupun yang bergelimang dosa. Ia tidak akan mengintip-ngintip kelemahan orang, tidak pula mencari-cari kesalahannya. Ia tidak akan marah, tidak pula tersinggung, walaupun melihat yang mungkar sekalipun, karena jiwanya selalu diliputi oleh rahmat kasih sayang, dan karena ia memandang keindahan, ia memandang rahasia Allah terbentang di dalam qudrah-Nya. Bila ia mengajak kepada kebaikan, ia akan melakukannya dengan lemah lembut, tidak dengan kekerasan, tidak pula dengan kecaman, kritikan yang melukai atau ejekan. Ia akan selalu bersifat dermawan. Betapa tidak, sedangkan cintanya kepada benda tidak berbekas lagi. Ia akan selalu menjadi pemaaf. Betapa tidak, sedang dadanya sedemikian lapang, sehingga tidak ada tempat lagi bagi kesalahan orang. Ia tidak akan menjadi pendendam. Bagaimana ia mampu mendendam, sedang seluruh ingatannya hanya tertuju kepada Yang Mahasuci lagi Mahaagung itu.

جَعَلَنَااللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ اْلاَمِنِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِي عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمَ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّحِمِيْنَ.
 Khutbah I
الله ُ اَكْبَرُ x9  الله ُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً لاَاِلهَ اِلاَّ الله وَاللهُ اَكْْبَرُ. اللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ. الْحَمْدُ ِللهِ الْمُؤَمَّلِ لِكَشْفِ الشَّدَائِدِ الْمُتَفَضَّلِ بِتُحْفِ النِّعَمِ وَالْفَوَائِدِ الْمَحْمُوْدِ بِاَجَلّ ِالْمَحَامِدِ الصَّمَدِ الْمَلِكِ الْوَاحِدِ اَحْمَدُه وَاَسْئَلُهُ مِنْ فَضْلِهِ الْمَزِيْدِ وَاشْكُرُهُ شُكْرًا مَقْرُوْنًا بِالتَّهْلِيْلِ وَالتَّسْبِيْحِ وَالتَّحْمِيْدِ وَاَشْهَدُ اَنْ لاَّاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَه الْوَلِيِّ الْحَمِيْدِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيْدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَفْضَلُ الرُّسُلِ وَاَشْرَفُ الْعِيْدِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ الّذِىْ اَخْبَرَ اَنَّ مِيْزَانَ اُمَّتِهِ تَرْجَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِشَهَادَةِ التَّوْحِيْدِ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ صَلاَةً لاَ تَفْنىَ وَلاَ تَبِيْدُ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. امّا بعد : فَاُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَىالله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ قال الله تعالى: قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَاسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى

Khutbah II

الله اكبر     الله اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَّالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَّسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً. الْحَمْدُللهِ الْعَلِيْمِ الْحَلِيْمِ , الْغَفَّارِ الْعَظِيْمِ الْقَهَّارِ, الّذِى لاَ تَحْفَى مَعْرِفَتُهُ عَلَى مَنْ نَظَرَ فِي بَدَائِعِ مَمْلِكَتِهِ بِعَيْنِ اْلاِكْتِبَارِ وَاَشْهَدُ ان لاّاِلهَ اِلاّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, شَهَادَةَ مَنْ شَهِدَ بِهَا يَفُوْزُ فيِ دَارِالْقَرَارِ, وَاَشْهَدُ اَنّ سَيْدَنَا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ الطَّاهِرِيْنَ اْلاَخْيَارِ. اما بعد : فياايهاالناس : اِتَّقوااللهَ وَاَطِيْعُوااللهَ وَاَطِيْعُواالرَّسُوْلَ وَاُولِى اْلاَمْرِ مِنْكُمْ. اللهم صَلِّى وَسَلِّم عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ رَاحِمِيْنَ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللّهم ادْفَعْ عَنَّا الْفَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْفَخْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْجَذْبَ وَالْقَحْطَ وَالْوَبَاءَ وَالسُّيُوْفَ وَالْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمَصَائِبَ وَالدَّيْنَ وَالْعَرَضَ وِالْمِحَنَ وَالْفِتَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هذَا خَاصَةً وَمِنْ جَمِيْعِ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ مَعَ الْقُرَى عَامَّةً. اِنَّكَ عَلَى مَا تَشَاءُ قَدِيْرٌ يَا نِعْمَ الْمَوْلى وَيَانِعْمَ النَّصِيْرُ, غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَِلاِخْوَانِنَا الّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلاِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنّكَ رَءُوْفٌ الرَّحِيْمُ. امين يارب العالمين.

1 comment:

  • RSS
  • Delicious
  • ini apa
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube